Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Kisah Menuliskan Seluruh Iba dalam Sepotong Kasih Sayang

Diperbarui: 14 Oktober 2020   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok: Ari Budianti

Sepenggal kisah berdurasi sekedipan mata, menajamkan rasa melalui pancaran netra mengulik lusinan peristiwa. Sakit yang meraung di kolong jembatan, rintih rasa lapar di bungkus dingin malam, perih terlunta dalam kerumunan jagat raya. Terbaca tanpa perlu bersusah payah, menyentuh batin tanpa harus menunggu kabar dari angin.

Rasa iba. Sekilas pernah singga dalam wadag manusia, bertahtah dalam nurani sungai putih berair jernih, bermula dari rasa, mengaliri segenap kesucian sebagai manusia, berakhir dengan memuncaki kesadaran "akulah hamba ALLAH yang di ciptakan sebagai khalifah cinta dan kasih sayang".

Adakah rasa iba itu masih ada? Benarkah percikan cinta dari yang maha mencintai masih kita pelihara? Ataukah kita telah menjadi mahluk dungu penyembah ketamakan yang tak berperasaan.

Jawabanku dan jawabanmu, biarlah menggenangi cerita rapuhnya dunia hingga akhir masa.

****

Bagan batu, 14 oktober 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline