Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Seumpama Pagi dan Mentari Sejenak Ingkar Janji

Diperbarui: 13 Oktober 2020   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Duh Biyung, sukmaku seketika suwung. Menyaksikan pagi menjemput mentari, berjalan mesra bergandengan tangan menuruni lelakon bumi. Tertawa di antara cericit awan menyentuh nurani, meninggalkan iri menggores sanubari. Pagi memeluk mentari sepenuh hati, padahal ini adalah kehadiran yang berulang triliunan kali.

Kembang di taman asyik berdandan, berceloteh betapa kehangatan mulai menjalari tangkai hingga menghujam, kelopak menawan, benang sari kenikmatan, hingga tulang sumsum akar menghisap habis sari kehidupan.

Kesetiaan macam apa yang sedang dipertontonkan, sejak Adam dan Hawa masih bertahtah di swargaloka, sejak alam semesta tercipta dalam tujuh takdir penciptaan. Mentari tak pernah ingkar janji, pagi setia menunggu meski gelap sering kali menghalangi

Duh Biyung! Sukmaku suwung.

****

Baganbatu, 13 oktober 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline