Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Ketika Penulis Patah Pena

Diperbarui: 24 Juni 2020   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Tiba-tiba aku sangat miskin. Aksara menjadi gelandangan tak bermukim, barisan kata compang-camping tak disiplin.

Tiba-tiba aku merana. Daya kritiku menyentuh ambang duka, tutup mata tutup telinga, berani tega menyaksikan ketidak adilan merajalela.

Tiba-tiba aku jadi pengecut. Tak berani menyuarakan keadilan, hanya sembunyi menanti tepuk tangan.

Tiba-tiba aku menjadi tamak. Berpihak kepada sang congkak, memutar balikan fakta sekedar menelan muak.

Tiba-tiba ku sadari. Nuraniku telah mati, berganti serpihan kepentingan duniawi, bersumberkan nafsu hewani.

Tiba-tiba aku heran sendiri. Ini bukan aku, ini bukan hidupku. Tapi semua  makhluk memujiku.

Tiba-tiba sekali, ku dapati hatiku telah di kerubuti ulat putih. Menjijikan.

Bagan batu, juni 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline