Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Jurang Tebing Terjal

Diperbarui: 28 Mei 2020   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Jurang tebing terjal di jangkauan pukul 3.36 wib pagi hari. Kabut masih merasuki alam mimpi, dedaunan sesekali menggeliat di pangkuan embun pagi. Sesekali yang mewakili hayal tingkat tinggi, sesekali yang memenuhi hasrat berdamai dengan keinginan menata persediaan bekal hari.

Sebentar lagi. Dalam hitungan detik yang melambung membentuk ilusi, dahan cemara menari dalam ritme maestro bermain koreografi. Kadang meliuk mempertunjukan kelenturan diri, kadang melompat dengan semburan energi yang tak bertepi. Sejurus kemudian terdiam dalam tapa berdimensi spiritual mumpuni, meningglkan jati diri yang di penuhi tepuk tangan puja dan puji.

Jejak tapak kaki di tanah keras tak berpori, arah melintang memunggungi jurang tebing terjal terus mendaki. Menerobos kabut yang memutih, menyibak onak duri bermaksud merintangi, hingga akhir pencarian di putuskan dalam sepi dan sendiri. Benar-benar sendiri.

Bagan batu, di penghujung mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline