Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Pelarian Nyi Mas Setyowati

Diperbarui: 11 Mei 2020   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Ketika engkau menabur badai, engkau lupa hujan baru saja usai

Petir pada kerumunan senja, sedang engkau menikam makna

Engkau berjalan menjauh, jejak kakimu menuju merapi merbabu

Jangan palingkan muka, air mata pasti tiada dusta

Ini baru saja di mulai, episode pelarian junjungan bertahta berlian, menapikan keselamatan diri sendiri, mengotori tapak kaki yang putih lagi bersih, membiarkanya tergores tajamnya pucuk duri. Demi sang pujaan hati, pangeran tampan negeri wara krestopati.

Wajah ayu menerjang alas mboro wau, wangi kenanga menyirep poro siluman terdiam dalam kebingungan, terasa enggan mengganggu laju perjalanan. Trah sinuhun memancar di setiap jengkal tanah, menyilaukan para dedemit yang berdiam berselimut prahara.

Kemana kekasih hendak di cari, di manakah gerangan obat rindu pembuat resah nelangsane ati. Burung jalak martoji kawan sejati, bersiul nyaring setiap kali menemukan jejak satria bersembunyi.

" Duh kekasih pelipur sunyi, hutan telah aku rasuki, gunung tinggi menari aku kepuncak tertinggi, ngarai dalam telah menjadi saksi. Datanglah sebelum senja merekah, hadirlah ketika cakrawala mengundang kita menikmati suguhanya. Jangan engkau buat rasa neng ati bak memeluk lahar merapi."

Bunyi kecapi terasa menyayat hati, tembang bocah tani menukik tajam ke dinding terdalam perasaan. Sampai kapan perjalanan menemukan, sampai kapan onak duri bermesraan dengan tapak kaki.

Bagan batu, mei 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline