Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Inikah Hidup

Diperbarui: 7 Mei 2020   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Satu persatu daun luruh

Melayang di tiup sang bayu

Menatap riang tanah gersang

Di sambut nyanyian kesuburan

Detik sebelum menjelma menjadi waktu, selongsong peluru mendekam dalam dekapan mesiu, senapan terkokang hujankan kematian, robohkan pengharapan, jatuhkan dahan bernyawa sembarangan. Setelahnya mati merangsang pemakaman, menjadi pahlawan atau pecundang.

Hidup hanya sekali, mengunyah pagi hingga malam menjadi, memapah gengsi membebani pergi. Tak berhenti, hingga jejak tapak kaki menyurati, melaju dalam hayali, atau berhenti dalam mati.

Ironi penjelmaan ragawi, terpulang ketika jasad telah menepi. Inikah hidup yang di impi, hanya menanti kemudian pergi. Dan tak kembali

Bagan batu, mei 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline