Dalam diam engkau melukis cakrawala, memahatkan ribuan aksara bermandi cahaya, mengisahkan pengembaraan hati, menggambarkan indahnya pertemuan di kala senja. Tak terlewat satu kisah, kecuali engkau menjadi peran utamanya. Tertawa dalam mahligai bahagia, menangis tersedu tatkala hati di rajam sumpah.
Dengan sunyi engkau menikmati, dalam sendiri engkau memahami, riuh-rendah pujian laksan kilat menyambar penglihatan, tawa yang terbahak bak fatamorgana yang segera usang, tangis hanya permainan air mata hendak meraja. Segala telah fana, yang tersisa hanya sendiri di bungkus masa.
Dalam lorong-lorong sepi engkau melayang bak bayangan, melintasi lautan tepuk tangan tak berkesudahan, menerjang gelombang sanjungan yang menjulang, sebelum akhirnya sepi dan kesendirian mendudukanmu di singgasana tak bersuara, tak berupa, tak kasat mata.
Kesendirian teman sejati dalam sepi,sunyi mengiringi dengan nyanyian bermelodi lirih. Kesendirian bukan selamanya berarti mati.
Bagan batu, mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H