Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Kampung Halaman

Diperbarui: 4 Mei 2020   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Ayuk ku ceritakan padamu, sawah ladang kering-kerontang, batang-batang padi menua sebelum waktunya. Mata air di kaki bukit penuh bui, aliran sungai berwarna coklat kehitaman. Itu kampung halaman kita, tempat sebahagian jiwa tertinggal di sana.

Petani di ajarkan bertanam secara virtual, bibit padi di semai dalam layar sepuluh inchi. Tak perlu sesaji apalagi ruwat diri, tak usah bersemadi mengurung nafsu hewani, teknologi memberi janji, petani kini seragam memakai dasi.

Lumpur telah mengering karena bosan,batang gulma meringkuk sendirian di pematang sawah. Burung pipit kesulitan memecahkan faswoed dan kata sandinya, menembus latar kaca, mematuk bulir padi yang kosong isinya

Saung telah lama kosong dari cengkrama, gotong-royong musnah tergantung paket data. Aliran air membelok tak mengaliri sawah, hujan berganti siraman pesona negeri pemangsa. Siapa menanam bukan masalah.

Pulanglah setelah corona reda, tanam kembali sawah ladang, hijaukan bukit gundul tempat penggembalaan. Ku tunggu pulangmu, ku tunggu kisah lain untuk anak cucu.

Bagan batu, mei 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline