Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Perjalanan Menguak Takdir

Diperbarui: 30 April 2020   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : pixabay.com

Ini tentang perjalanan. Menyusuri peradaban tempat persembunyian kesejatian, menapaki sekian jalan sunyi dengan keteguhan, berjalan dan tertatih dalam titian pemahaman. Kadang sunyi berisi riuh yang melengkapi, tanpa perlu tepuk tangan untuk menguji, tanpa pujian sebagai akhir tempat berdiri.

Deretan aksara telah tunduk mengharap titah, lembaran-lembaran kalimat cahaya menjadi raja, titik dan koma menyempurnakan keagungan tercipta. Ini tentang perjalanan itu, bahkan kumpulan aksara telah menobatkan ia sebagai sang bijaksana, seakan takdir menempatkan perjalanan ini sebagai pembuka tabir. Untuk kita, anda, dan semua yang berjiwa.

Sepuluh tahun itu mendaki. Jurang-jurang terjal telah terlewati, gelombang dan pasang telah di arungi. Jejak tertinggal di setiap jengkal tanah literasi, aneka tunas mewangi tumbuh sepanjang jalan yang di lalui.kita menikmati.

Ini memang tentang perjalanan. Seandainya aku bisa mengikuti.

Bagan batu, akhir april 2020

#Ditulis untuk ikut bergembira menggenapi sepuluh tahun mbak Muthiah Al Hasany menempuh perjalanan di belantara literasi. Sebuah kurun waktu yang tidak semua orang bisa istiqama menapaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline