Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Malam Indah di Pertemuan Dua Jendela Jiwa

Diperbarui: 2 Maret 2020   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Malam ini terasa indah. meskipun bintang-bintang bersembunyi di balik awan hitam, manalagi sang purnama  lebih suka mengurung diri. tapi gelap saat ini terasa lebih menyilaukan dari sang surya, suara serangga malam bak symponi keindahan yang mengalun pelan. Perlahan tapi menggenapi kesyahduan di jiwa, mengusap mesra sanubari yang telah menemukan jendela jiwa

Tiga puluh tahun, empat puluh tahun, atau mungkin lima puluh tahun yang lalu, pertemuan itu telah menyentuh hatiku. Engkau masih belia saat itu, tersenyum malu hingga rona merah menyapu pipi indahmu.  Berbunga hatimu, berbinar bahagia matamu. malam seketika terang oleh senyuman, purnama rendah diri menatap jiwamu yang bercahaya

Malam ini semuanya seakan terulang untuk yang kesekian kali. duduk berdua di bangku taman, mendekatkan suasana hati yang sekian puluh tahun bergandengan tangan. di saat sumpah serapah orang mengutuki malam yang gelap gulita, engkau dan aku justru bermandi cahaya yang berasal dari jiwa, memaklumi bila purnama malu untuk unjuk diri, tersebab hatiku dan hatimu bertaburan gemerlap cahaya syurgawi

Dua jiwa telah menemukan tempat berlabuh, tidak pernah menua di hadapan setia, tidak mungkin rapuh di sanggah cinta. usia telah membuktikan bahwa engkau dan aku memaknai jendela jiwa. sejak pertama getar ini tercipta, hanya kehendak ilahi yang mampu memadamkanya

Bagan batu, malam di awal maret




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline