Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Maaf, Apakah Hatimu Seputih Embun Bersalju?

Diperbarui: 23 Februari 2020   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kata-kata itu terus ia ucapkan, berulang-ulang hingga setiap jejak yang ia tinggalkan pasti bercerita tentang kesucian.

Pencarian yang telah melintasi batas kemampuan, mendaki bukit menuruni lembah demi sebuah jawaban. 

Tidak kepada batu, tidak kepada akar pohon yang menjuntai, kata-kata itu di ucapkan dengan ritme yang terjaga sejak awal hingga akhirnya

"Maaf, apakah hatimu seputih embun pagi?" kini memenuhi setiap ruang tanpa terkecuali. langit-langit ruang anggota dewan, ruang-ruang suci pemimpin keagamaan, bahkan hingga gubuk reot di pinggir kubangan comberan. 

Kata-kata itu menggema merusak gendang telinga, mencicit menderu memburu jawabanya, adakah yang mampu memberi jawab, ketika nanti berjumpa sang empunya tanya?

Kini setiap hati bertanya-tanya, putih atau warna lainkah hatinya. satu dua manusia mulai sibuk bertanya kepada dirinya, seratus dan seribu lainya hanya menganggap biasa. sampai akhirnya,,,,

Bagan batu-Indonesia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline