Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Terlalu Dalam Aku Mengubur Kenangan

Diperbarui: 22 Februari 2020   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Ketika pertama kali hati ini terluka, ku biarkan air mata membasuhnya. Perih teriris pada selaksa rasa, patah berderak setiap kali ku titipkan sebuah nama. Berulang hingga air mata menggenangi pelataran hati, mengering untuk kemudian terluka lagi

Untuk yang keseratus kali, air mata telah mengering sekedar untuk mendinginkan derita. Hatiku mulai berdarah, membusuk dan bernanah di gores sekian nama menghujam kecewa

Ku gali padang gersang sebagai kuburan duka, mencampakan segala kepedihan kedalamnya, menimbunya dengan segala sesal dan kenangan yang masih tersisa. Tanpa lagu gugur bunga sebagai pengiringnya, tanpa tabur bunga sebagai penutup semua cilaka

Tapi aku terlalu dalam mengubur kenangan. Di saat aku merindukan air mata yang dulu pernah ku punya, di saat kini aku merindukan hatiku walau dulu sering tersakiti, aku tak mampu menjangkau kenangan itu, aku tak mampu sekedar merasakan tanah basah bekas air mataku tertumpah

Kemana kini hendak ku cari kepingan hati, biarlah penuh luka dan bernanah, tapi aku merindukanya. Kini jasadku tanpa hati tanpa air mata, tanpa benci tanpa rindu yang bisa menimbulkan sejuta rasa 

Bagan batu di akhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline