Plong. Lega rasanya di hati, amanah untuk Ucup dari mbak Widz hari ini sudah saya tunaikan. Sebelumnya sempat khawatir tidak bisa tepat waktu menyerahkan bantuan, karena saya sendiri akibat kegiatan malam rabu kemarin, tulang rusuk saya mengalami cidera agak parah. Fraktis dalam beberapa hari ini saya tidak bisa pergi kemana-mana. Untung istri dan anak lelaki saya bersedia menggantikan mengantar amanah dari mbak Widz kepada Ucup.
Bakda subuh mereka sudah mulai berangkat dari rumah,seteleh berbelanja di pasar membeli 9 bahan pokok, perjalanan di mulai ke rumah ucup yang berjarak kurang lebih 18 km. Sengaja pagi --pagi kunjungan dilakukan karena bila siang sulit untuk bertemu dengan emaknya ucup.
Rencana semula bantuan dari mbak Widz akan di berikan kepada ucup untuk keperluan biaya sekolah. Setelah berbincang -- bincang dengan beberapa orang warga dan para pinisepuh di sekitar rumah ucup, mereka kebanyakan menyarankan kepada saya agar bantuan berbentuk sembako dan sebagian lagi uang tunai.
Dan inilah rumah ucup
Sebuah tenda biru yang tidak berdinding dan di buat ala kadarnya menjadi empat Ucup, emak dan adik adiknya berteduh siang dan malam. Sebuah bangunan yang sangat tidak layak untuk di huni oleh manusia. Tanpa penerangan bila malam, tanpa akses air bersih, suasana lingkungan yang di kelilingi pohon kelapa sawit, membuat tempat tinggal Ucup menimbulkan rasa trenyu dan sedih bagi siapa saja yang menyaksikanya.
Tubuh -- tubuh anak manusia tergolek dalam lelapnya dingin pagi ketika istri penulis membangunkan mereka untuk menyerahkan bantuan. Wajah --wajah yang sepertinya telah kebal dengan hawa dingin dan gigitan nyamuk agak terperanjat melihat kedatangan istri penulis.
Setelah menyerahkan bantuan dari mbak Widz, istri penulis sempat ngobrol tentang banyak hal. Salah satunya tentang sekolah ucup. Ketika ditawarkan bantuan agar ucup bisa melanjutkan pendidikanya lagi, emaknya ucup keberatan karena tidak ada yang menjaga adik- adiknya yang masih kecil. Sebenarnya sangat disayangkan bila ucup tidak bisa melanjutkan pendidikanya lagi, tapi karena Emak Ucup tidak mengijinkan maka istri penulis tidak dapat berbuat banyak. Sebelumnya beberapa pihak juga telah menawarkan bantuan untuk pendidikan Ucup tapi di tolak oleh emaknya
Sebenarnya para warga dan aparat pemerintahan setempat pernah memberikan bantuan berupa rumah layak huni. lengkap dengan listrik penerangan dan air bersih, serta lokasinya dekat sekolahan agar ucup dan keluarga dapat hidup layak. karena satu dan lain hal rumah itu kemudian di tinggalkan oleh keluarga ucup dan lebih memilih tinggal di tenda biru seperti sekarang.[mohon maaf, untuk alasan dan penyebab pindahnya keluarga ucup tidak dapat saya tuliskan, karena menyangkut privasi keluarga Ucup.]
Hari itu kegembiraan terpancar dari Ucup dan adik-adiknya. Bantuan mbak Widz benar- benar suatu yang sangat mereka butuhkan. Terima kasih untuk mbak Widz, walau Ucup tidak mengatakanya lewat kata- kata, tapi rasa gembira itu terlihat jelas di wajah dan sikap malu- malu ucup dan adiknya.