Aku mengenalmu lewat aroma mawar merah di keheningan telaga warna. bermain bersama hembusan angin senja, menyanyikan lagu tentang keindahan suasana. Pandangan pertama adalah hujaman panah menembus dada, menggoreskan sebuah nama di setiap dinding hati yang berbunga
Aku mengenangmu melalui desir angin yang membisikan kata-kata mesra di permulaan malam, petikan gitar mengiringi hadirnya bayanganmu, kata-kata penuh diksi indah bertaburan di langit malam
Mengenalmu dan mengenangmu menjadi dua hal yang paling aku rindukan, bahkan sebelum rindu itu hadir menyapa hati. Jauh sebelum lukisan indah karya sang maestro menghias jagat seni.
Ternyata tiga puluh tahun aroma mawar itu menemani tidur dan jagaku, mengiringi setiap langkah kemana hayalku mengarah, menemani suasana hati tatkala rindu secara diam-diam hendak membunuhku
Kenangan bersamamu menjadi benteng tebal menakhlukan rindu, membuat setiap kenangan bagaikan baju zirah di medan perang. sabetan pedang kerinduan tak mampu merobohkan keyakinan. mengenalmu dan mengenangmu membuatku menemukan kesejatian
Bagan batu, awal hari dengan kerinduan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H