Tak terasa telah penuh kedua tanganku dengan air mata, cincin pernikahan 24 karat tenggelam dalam genangan mata air kesedihan, tiap jejak yang ku tinggalkan, seribu kisah pilu berceceran membentuk ornamen menyedihkan. setiap kali, bahkan seringkali hampir tanpa ku mengerti
Hatiku! kemana hatiku berselancar saat ini. Mungkin ia berkelana di dunia maya, hinggap dari satu IP hingga pagi menjala. atau seluruh hati dan perabotan jiwa telah tergadaikan. bertukar dengan kesenangan semu sekedar memuaskan otak kanan. Kemungkinan, hampir mendekati kenyataan
Air mata tertumpah tanpa terasa, jiwa beserta hati kehilangan yang hakiki tak pernah lagi ingin mencari. Semua, tampaknya telah tiada seperti semula, tak peduli bila selamanya
Siapa yang membolak-balikan hati. Merubah hitam menjadi putih, cinta sekejap datang dengan cepat menjadi benci. hanya sekejap, belum lagi memaknai apa yang terjadi, berubah menimbulkan topan menghantam rongga dada. Terasa, walaupun kadang tak tahu dari mana ia berubah, begitu kadangkala seperti tanpa pertanda
Apa yang hendak di kata. Apa yang hendak di tuliskan. Penguasa hati terabaikan, terlewat seperti halte bis kota. semula tujuan kemudian di tinggalkan tanpa sepatah kata salam. Begitulah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H