Mentari telah pulang sejak tadi, menyeret siang yang enggan untuk belajar, memahami arti kehidupan seperti yang tersurat dan tersirat. Senja lebih mengerti apa yang terjadi, di saat ini telah duduk manis di depan televisi, bahkan sebentar lagi pasti telah pulas dalam dekapan mimpi
Kemana para bintang berkelana siang tadi, tak tampak kerlip cahaya sebagai pertanda, mungkin tengah menyibak mendung penghalang jalan, atau tengah bertandang ke galaxy seberang. Banyak yang mencari, banyak yang ingin menemui
Tapi malam tetap cantik di bungkus kelam, senyumnya yang tersamar memenuhi jutaan hayal, bak putri dongeng dalam kastil tanpa penerangan. Harumnya, auranya, senyumnya, tetap melebihi segala yang di impikan. Malam telah menyita perasaan
Tetaplah malam jangan berganti siang, agar mimpiku berakhir entah kapan. Malam hadirkan segala yang tak tergapai dalam terang, tempat aku meringkuk sembuntikan harapan
Bagan batu, setia kepada gelap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H