Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Kepada Senja yang Silaunya Hantarkan Suasana

Diperbarui: 20 Desember 2019   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Senja tiba-tiba telah duduk di beranda rumah, Aroma wanginya memenuhi setiap jengkal bayangan yang tercipta, kadang meliuk-liuk menutup celah rindu menggantung di dinding, terkadang tegak diam dalam buaian angin. Aura senja menjamah semua benda yang ada, kabar bahagia sepertinya ingin segera di hadapkan, entah masa lalu atau masa depan

Seketika aku teringat wajah ibu, berkelebat cepat menyergap kesadaran yang hampir lumpuh. "Di mana ibu?" Suara derit pintu seakan memutus anganku, Ya di mana ibu sekarang. Adakah ia tengah tersenyum bahagia di syurga sana, di layani ribuan bidadari dan peri bermata jeli? Ataukah beliau termenung memandang langit dunia, tempat bayangan anaknya memenuhi awan dengan gambaran sengsara

Ternyata senja menyadarkanku tempat berkeluh kesah telah tiada, menyapaku dari balik gulungan mega bersulam emas, melambaikan tangan memberi ingat dengan lembutnya, "awas! Jalan yang engkau tempuh penuh bujuk rayu, jangan engkau pernah tertipu, anaku."

Telah ribuan kali senja mengunjungi, telah jutaan kali isyarat suci selalu di beri. Tapi baru saat ini arti dan makna ku pahami, pesan dari alam ketinggian menghujam membelah hati

Bagan batu, seperti ketika itu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline