Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Gadis Perih Mengurai Air Mata Sepi

Diperbarui: 17 Oktober 2019   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Rongga dada penuh dengan gemuruh, air mata telah tertumpah sepanjang kisah, kesedihan memeluknya di setiap hembusan napas, berlaripun tak kuasa menuntaskan kegetiran, bersembunyi menenggelamkan hati tak jua meresahkan. Nasip telah mempermainkan, suratan tangan di penuhi guratan penderitaan

Senja ini ketika cahaya makin buram, meletakan risau yang menggunung pun tak tahu, kemana hendak di rebahkan raga yang lelah? Kemana hendak di teduhkan jiwa yang penuh bara membara

Di setiap jejak yang di tinggalkan, goresan luka tak mau mengering di terpa angan, rasa nyeri jelas tergambar di tanah gersang, tetes air mata menempel di pucuk dedaunan. "Aku harus bagaimana menyudahi takdir?" Keluhnya suatu saat kepada angin ia meratap

Bagan batu 17 oktober 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline