Tatapan matanya menyapu keremangan sekitar, daun-daun seketika gemetar bahkan gentar, dahan marpoyan patah agak ketengah. Entah apa yang di cari di belukar pemahaman tak bertepi, adakah yang berharga telah kehilangan
Hurup pertama telah di temukan di pucuk cemara, hampir jatuh kebawah tertiup angin prasangka, bagaimana merangkai puisi bila hurup pun tak tersedia? Sedang hasrat mencipta meledak-ledak hendak menghancurkan dada
Tiap jengkal belukar telah di sibakan dengan tangan gemetar, barisan kata tak kunjung tercipta memenuhi rasa, terjungkal raga mengait kaki akar masalah, terantuk kepala batang akasia mengaburkan rima. Alangkah sulitnya menemukan padanan kata di belantara pemahaman, terseok-seok menyelaraskan batin di antara onak berduri yang menghadang
Mencari puisi di belantara pemahaman, bagai perjuangan menyingkap tabir kehidupan tak berkesudahan, kadang jalan pulang tertutup rimbun pepohonan, tajam pandangan sering kali redup di hadapan kelam yang terus bekejaran
Bagan batu 15 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H