Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Kucar-kacirku

Diperbarui: 14 Oktober 2019   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Tung tang dek! Mang ming mung meooong. Adab telah terlempar kedasar jurang, ikan asin terbiarkan walau perut lapar. Saru, seru, rusuh, rubuh. Masing-masing kita memikirkan sejengkal angan, kenyataan? Masih belum menyentuh perasaan dan pikiran. Mengerikan

Kucar-kacir ku, car kucir cir ku car, acar ku cir pacar ku car. Kucar-kacir karena kuatir, kekuasanmu? Kedudukanmu? Dinastimu?lah aku gimana? Aku yang mengangkatmu? Aku yang mendukungmu?masak aku yang harus menjatuhkanmu! Kurang kerjaan apa.

Mangan ora mangan asal kumpul. Jangan makan,jangan ada makanan, jangan saling makan, apalagi jangan sampai saling mengumpankan. Perbuhan zaman? Memang zaman edan! Yen ora edan ora kedhuman.

Jauh dahulu kala saat si empunya cerita masih hidup di gua, makan apa saja karena masih melimpah, hidup masih sederhana tanpa wifi apalagi group WA. Semua bahagia, semua berwajah cerah, hujan-hujanan hal biasa. Hujan air mata? Jauh mbakyu!

Di tunggu loh pak dhe janjimu hari ini, janji yang mana? Memang pernah janji? Atau kamu-kamu yang kemakan mimpi??? Tak suiti tiga kali. Rumitnya hidup di zaman ini, janji saja sulit di tepati, apalagi menepati janji? Lah podo to.

Bagan batu 14 oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline