Sungguh tidak nyaman hidup sendirian,apalagi mengurus daerah dan kota sebesar Dki Jakarta.punya pendamping saja kadang masih kewalahan mengatasi aneka persoalan yang luar biasa rumit dan menguras pikiran dan tenaga.apalagi di biarkan lama tanpa pendamping,bisa di bayangkan betapa rumitnya gubernur mengurus segalanya.
Begitulah kira-kira gambaran nasib Anies Baswedan selama menjadi gubernur DKI Jakarta selama setahun belakangan yang tanpa di dampingi seorang wakil gubernur.sepinya seorang jomblo tanpa pasangan di malam minggu,lebih sepi lagi nasib Anis Baswedan mengurusi ibu kota.
Tapi lebih nelangsa lagi bagi warga Jakarta.sejujurnya dari keadaan ini,warga Jakartalah yang paling di rugikan.banyak hal yang terpaksa di korbankan,banyak program kerja yang sulit di realisasikan,dan banyak masalah yang akhirnya tidak tertangani secara baik.
Untuk daerah sebesar dan serumit Jakarta,membebankan penyelesaian semua persoalan kepada gubernur Anies Baswedan seorang adalah terlalu kejam.tapi melihat berbelit-belitnya DPRD DKI Jakarta hanya untuk mencari seorang wakil gubernur yang tak kunjung tuntas,rasa-rasanya dada ini sesak memikirkanya
Mengapa begitu sulit mencari seorang wagub di DKI Jakarta?
Calon pengganti yang akan mengisi kursi wakil gubernur sudah ada,pansus tatib pemilihan sudah terbentuk dan sudah bekerja,tapi mengapa mencari seorang wagub saja rumitnya luar biasa?
Padahal nama-nama calon pengganti sudah di majukan sejak bulan maret,seandainya proses di DPRD DKI lancar,tentu tidak perlu waktu selama ini untuk sekedar mencari seorang wakil gubernur.apalagi masa bakti DPRD yang sekarang sebentar lagi akan berakhir,tentu ini menambah kerumitan tersendiri
Memahami pernyataan wakil ketua DPRD DKI Jakarta,Muhammad Taufik yang mengatakan bahwa DPRD sedang fokus dan sibuk membahas anggaran pendapatan dan belanja daerah perubahan (APBD-P),kita mungkin bisa memakluminya.tapi pertanyaanya adalah,kemana saja selama ini,sehingga menentukan seorang cagub saja berlarut-larut?
Kekuatan dan kepentingan politik jadi penghambat?
Sebenarnya bila masing-masing pihak yang terlibat di dalam proses pemilihan wagub pengganti Sandiaga Uno ini berangkat dari kesadaran yang tunggal,bahwa warga dan rakyat Jakartalah yang seharusnya di prioritaskan haknya untuk memiliki seorang wakil gubernur,saya yakin bahwa proses ini tidak akan berlarut-larut yang dampaknya sangat di rasakan warga Jakarta.
Tapi mungkin beginilah nasip suatu proses bila politik dan kepentinganya sudah ikut nimbrung dan memainkan peran utama.sesuatu yang tampak sederhana di buat rumit.rakyat di biarkan menunggu sambil di suguhi akrobat politik yang kadang terasa pedih bagai tusukan sembilu.
Menarik menyimak pernyataan salah seorang politisi dari PKS,Nasir Djamil.bahwa ada kekuatan dan kepentingan politik tertentu yang tampaknya ingin menghambat proses pemilihan wakil gubernur DKI ini.