Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Bumi Kering Kerontang Menahan Kerinduan

Diperbarui: 6 Agustus 2019   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Tubuh menggelepar di padang tandus tak berpagar, akar hutan jati siap meranggas seiring gugurnya daun. Kemarau telah membakar sebahagian harapan, menyembunyikan tangis  di bawah tanah kering kerontang tak bertuan

Kemana perginya dingin dan air mengalir di ajak sunyi, ciptakan guratan resah yang siap memangsa nalar di kedalamn jiwa. Alam bersenandung dengan nada pilu penuh kesedihan, wajah-wajah layu tengadah ke langit berharap setitik air kesejukan

Bumi kering kerontang di bakar sang raja siang, gumpalan awan hitam telah berlalu seiring irama alam. Hanya fatamorgana hilir mudik ciptakan aneka keriuhan, sering mengelabuhi pandangan yang penuh rindu akan kedamaian

Bumi kering kerontang menahan rindu, menantikan curahan kemurahan langit yang membilas rindu. Kapan ia kan datang?, kapan ia kan membawa berjuta keindahan, hanya waktu tempatnya mengadu, hanya semilir angin setia menyampaikan ingin

Bagan batu 5 agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline