Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Meniti Siang dengan Menghancurkan Terang

Diperbarui: 22 Juli 2019   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Engkau remukan siang dengan palu kesombongan, berjalan membusungkan dada karena berada, suara menggelegar bagai sang halilintar mengusai hujan. Remuk redam bahkan kepingan debunya tak tertinggal, hilang di sapu bayu, lenyap di semak belukar pikiran

Siang menangis panjang, topeng-topeng penutup wajah mulai lekang. Keringat dusta mengering di jalanan aspal, caci maki membubung di gedung yang menjulang. Engkau terlena angin sepoi-sepoi, engkau terlupa hadirnya diri, siang telah remuk di peradaban

Jerit tangis bekeliaran di gendang telinga, rasa miris menerobos di antara laci-laci meja. Tiada yang tersentuh walau itu mengundang pilu, tiada yang merasa walau itu mengundang iba. Semuanya hambar membentur keangkuhan

Meniti siang dengan menghancurkan terang, tempat menyembunyikan kebobrokan dari pandangan. Senyum di wajah sebagai hiasan, tutur kata manis tak lebih hanya sekedar ucapan

Bagan batu21 juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline