Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Senja di Batas Kesadaran Ada dan Tiada

Diperbarui: 21 Juli 2019   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Senja tengah berhitung dengan siang, berapa banyak energi yang sia-sia terbuang, hanya mengisi ceruk-ceruk kemaksiatan, sekedar menegakan kesombongan di waktu terang. Senja ingin menitikan air mata, senja yang tak tega memandang rapuhnya dunia

Semburat merah menyapu cakrawala, bagai wajah duka yang hendak di sembunyikan dari pandangan dunia. Senja luluh hatinya, senja hanya menangis di dalam mega,"biarlah tiada manusia yang tahu, betapa waktu sangat cepat berlalu"

Malam menyambut dengan hati bimbang, timbangan amal yang porak-poranda di terjang terang. Senja dan malam menyimpan aneka duka, tak ingin rembulan tahu bobroknya akhlak manusia

Senja di batas kesadaran ada dan tiada, menjadi pertanda bagi mereka yang peka mata hatinya. Senja acap kali mengingatkan, betapa kedatanganya berulang kali, hanya ingin menyapa kebaikan di bumi. Hari ini senja datang dengan tangisan, esok lusa terulang untuk yang kesekian kali

Bagan batu 21 juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline