Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Melukis Malam di Selembar Lima Ribuan

Diperbarui: 17 Juli 2019   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Malam singgah begitu cepat, tiga kawanan kumbang duduk melingkar, seringai binal seakan kental di aduk kegelapan. Sempoyongan lelaki tua menarik bintang, hendak membaringkanya di sudut kamar, tubuh rapuh hampir patah di terjang gelisah

Di ujung sana di bawah lampu merah, kupu-kupu meringkuk dalam pergantian warna. Merah menyala, pertanda malam ini masih durjana seperti sebelumnya. Tak ada pertanda bila di akhir kelam ada cahaya lentera, setidaknya tempat mematut menyembunyikan nista

Angin malam memutar menelusup ke tembok kamar, cicak dan kecoak terperanjat hentikan tawa, gulungan hawa dingin seketika menyergap. Senyap, bahkan sayup-sayup hanya terdengar dengkur tidur, hanya butiran keringat yang membeku di sekujur bantal guling

Melukis malam di selembar lima ribuan, menarik aneka peristiwa yang tak terjamah kata dan logika. Terpencil jauh dari hiruk pikuk kemolekan dunia, tempat segala yang nista gampang di sematkan, setidaknya sampai terang di gendong fajar datang menjelang

Bagan batu 17 juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline