Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Bahagia bersama Kepingan Luka dan Telaga Setia

Diperbarui: 10 Juli 2019   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pukul 16.25 wib.

Aku menunggumu di pelataran gedung jalan jenderal Soedirman, memandang barisan jendela kaca yang seakan memandang angkuh kehadiranku. Mungkin engkau pun sedang resah menanti pertemuan ini, "menunggumu adalah menumpuk bara yang membakar samudera hati", itu katamu waktu dulu, ketika kita pertama kali bersama

Pukul 19.42 wib.

Matahari tlah lama berpamit pulang, lampu-lampu jalan berlomba-lomba memamerkan kecantikan, aku masih terpaku hampir membatu di bawah siraman debu jalanan. gedung tinggi mulai curiga, pinggir-pinggir trotoar mulai riuh bertanya-tanya, "lelaki setia dengan seonggok hatinya, menanti kelabat bayangan kekasihnya lewat titian setia". Aku hanya tersenyum mendengarnya

Pukul 21.21 wib

Telpon berbunyi nyaring tanpa indahkan nada dering, melonjak girang pos satpam terantuk dari lamunan. "Kang, aku telah sampai di peraduan rindu. Maaf, tak sempat ucapkan selamat malam." Seketika pudar cahaya lampu jalan, tapi tidak dengan hatiku yang tak pernah di hinggapi rasa jemu

Pukul 00.26 wib

Aku menunggumu di tepi kerumunan mimpi, berharap lambaian  tanganmu memanggil mengetuk hati. Dewi malam tak sabar gelisah menanti, tapi tidak dengan hatiku. Aku kan tetap menunggumu, mungkin sampai waktu dan harapan bosan menemaniku

Bagan batu 10 juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline