Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Nak, Peluklah Ayah

Diperbarui: 27 Juni 2019   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Ketika mentari datang membakar, angin gersang hendak marah menerjang, aku tak pernah segalau hari ini, aku tak pernah risau seperti saat ini. Ketika fajar harapan semakin tinggi, ketika bintang di hati mulai berlari

Nak, peluklah ayah. Segala lelah segera sirna, perih dan pedih perjuangan segera terobati. Padamu ku pasrahkan tujuan arah perjalanan, padamu kusandarkan segala cinta yang abadi

Nak, peluklah ayah. Rengkuhan tangan kecilmu hangatkan pelangi, tawa candamu mekarkan aneka bunga di taman hati. Tak terkira beratnya perjalanan, tak terukur beban yang di pikul, senyum kecilmu musnahkan  segala lelah, ciptakan telaga bahagia yang tak terkira

Nak, peluk ayah sekali lagi. Kan ku jadikan bekal pembuka jalan, kan ku jadikan tonggak dalam kesulitan. Segala bahagia seakan bersama mata beningmu, segala derita menjauh seiring gelak tawamu

Nak, peluk ayah sekali lagi, lagi, dan lagi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline