Ketika mentari datang membakar, angin gersang hendak marah menerjang, aku tak pernah segalau hari ini, aku tak pernah risau seperti saat ini. Ketika fajar harapan semakin tinggi, ketika bintang di hati mulai berlari
Nak, peluklah ayah. Segala lelah segera sirna, perih dan pedih perjuangan segera terobati. Padamu ku pasrahkan tujuan arah perjalanan, padamu kusandarkan segala cinta yang abadi
Nak, peluklah ayah. Rengkuhan tangan kecilmu hangatkan pelangi, tawa candamu mekarkan aneka bunga di taman hati. Tak terkira beratnya perjalanan, tak terukur beban yang di pikul, senyum kecilmu musnahkan segala lelah, ciptakan telaga bahagia yang tak terkira
Nak, peluk ayah sekali lagi. Kan ku jadikan bekal pembuka jalan, kan ku jadikan tonggak dalam kesulitan. Segala bahagia seakan bersama mata beningmu, segala derita menjauh seiring gelak tawamu
Nak, peluk ayah sekali lagi, lagi, dan lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H