Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Ketika Patah Hati

Diperbarui: 24 Juni 2019   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Matahari menangis mengenangkan, hujan gerimis terisak menyaksikan, ketika engkau tertunduk layu di ujung pembaringan, seakan beratnya beban tak sanggup engkau pikulkan

Saat patah hati di hantam penghianatan, janji suci tak lebih ikrar ucapan, engkau baru tersadar,engkau baru nanar, seribu kata manis berbisa tlah meracuni jiwa, sejuta harapan hanya bak fatamorgana

Air mata tlah kering mengingatkan, rasa duka tlah bosan menyadarkan. Langit terang berubah kelam, gugusan awan tak sudi lagi beredar, dalam gelapnya kamar engkau menyandarkan, sejenak lelah hati yang patah berserakan

Mengapa ini terjadi, kenapa aku harus tersakiti, seribu tanya yang entah siapa ingin menjawabnya, goresan luka jadi akhir kata tanya. Ketika patah hati jadi pertanda, cinta itu bukan tentang apa dan siapa

Bagan batu 24 juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline