Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Bertemu di Gersangnya Hati

Diperbarui: 5 Juni 2019   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi/ps express

Sering aku bertanya pada sungai yang mengalir, tidakkah berat membawa aneka sampah hingga ke hilir? sungai hanya pasrah, sungai tak mau mengakuinya

Tapi air matamu yang terbunca bersama riak yang memecah, menyiratkan kepedihan hati yang tak terkira. Engkau hanya diam, tapi bila sampai larut malam tak jua datang menjemputnya, sungai kan meratap sedih di sunyi pagi nan merana

Lalu mengapa kita yang dianugerahi akal budi untuk memilah, membiarkan aneka sampah menyesakan dada. Tak inginkah kita  meringankan langkah dari aneka kotoran penghitam jiwa

kini di hari yang mataharipun tersenyum menyapa bumi, mengapa kegersangan hati tak hendak diakhiri. Engkau dan aku kembali menanam bibit penyejuk hati, agar kegersangan yang pernah terjadi, tak pernah kembali hingga akhir nanti

Bagan batu 5 juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline