Sering aku bertanya pada sungai yang mengalir, tidakkah berat membawa aneka sampah hingga ke hilir? sungai hanya pasrah, sungai tak mau mengakuinya
Tapi air matamu yang terbunca bersama riak yang memecah, menyiratkan kepedihan hati yang tak terkira. Engkau hanya diam, tapi bila sampai larut malam tak jua datang menjemputnya, sungai kan meratap sedih di sunyi pagi nan merana
Lalu mengapa kita yang dianugerahi akal budi untuk memilah, membiarkan aneka sampah menyesakan dada. Tak inginkah kita meringankan langkah dari aneka kotoran penghitam jiwa
kini di hari yang mataharipun tersenyum menyapa bumi, mengapa kegersangan hati tak hendak diakhiri. Engkau dan aku kembali menanam bibit penyejuk hati, agar kegersangan yang pernah terjadi, tak pernah kembali hingga akhir nanti
Bagan batu 5 juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H