Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Serpihan Hati di Balik Kepingan Sedih

Diperbarui: 25 Mei 2019   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Bukan perkara muda mengais serpihan serpihan hati, ketika puing puing kesedihan masih terbakar. Sulit untuk di lakukan, desing peluru dan aroma mesiu masih menghiasi langit langit malam

Tapi kita mesti melakukan, merayap di setiap jengkal tanah tergenang darah bertumpahan, mengumpulkan serpihan hati dan membingkainya dengan kasih sayang. Kau,aku,harus berjalan perlahan, agar derap langkah kaki tak lagi membangkitkan permusuhan

Menyirami jejak jejak pertikaian, menanam kembali bunga bunga taman perdamaian, tak mungkin ku lakukan sendiri, tak mungkin ku lakukan sehari. Aku butuh sapamu, aku butuh uluran tanganmu

Hari ini harus kita tuntaskan, agar esok pagi ketika orang orang terbangun dari tidur yang sebentar, mereka tak melihat lagi amarah permusuhan, tak tercium lagi aroma mesiu pembantaian. Hanya keindahan sepanjang mata memandang, serpihan hati tlah kita pajang dalam figura kedamaian




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline