Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Caci Maki

Diperbarui: 10 Mei 2019   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Trimakasih atas penghinaanmu,akan ku jadikan pelecut semangatku.kan ku simpan di ranting ranting kayu,ku bungkus dengan selembar kertas merah penunjuk waktu

trimakasih atas caci makimu,bagiku itu bagai suflemen energi bagi tubuh,pahitnya kata kata bisa jadi obat penguat jiwa.tajamnya setiap makna terasa aliran darah segar di dalam rongga dada

tetap mendaki dan terus mendaki,bila jatuh terjengkang ke dasar jurang,caci makimu bisa membalut rasa pedih yang menjalar.naik tetap naik ke puncak,bila harus jatuh kebawah,hinaanmu menjadi penyembuh segala luka

trimakasih atas hinaan dan caci makimu.hidupku tak bergantung dari puja pujimu.

Bagan batu 10 mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline