"Merokok itu menyehatkan.merokok itu menambah kecerdasan,menambah ketampanan,menambah kejantanan.merokoklah,karena rokok adalah insfirasimu"
Mungkin begitulah yang ada di pikiran para remaja,ketika melihat sebungkus rokok.sehingga keinginan untuk mencoba sebatang rokok tidak pernah surut,walau di tiap kemasan bungkus rokok tertera peringatan tentang bahaya merokok bagi kesehatan.
Data pada tahun 2016 menunjukan,dari target 7% menjadi 5,2% dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN),malah mengalami kenaikan hingga 8,8%.
Kemudian data riset kesehatan dasar(riskesdas)2018 tentang prevalansi perilaku merokok remaja usia 10-18 tahun,ternyata menunjukan peningkatan dari 7,2% pada 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018.artinya ada kenaikan yang terus terjadi dari tahun ke tahun.
Melihat tingginya kecendrungan di kalangan remaja untuk menjadi perokok pemula tentu memprihatinkan bagi kita semua.ada beberapa faktor yang memicu para remaja akhirnya tidak mampu membendung keinginan untuk menikmati sensasi sebatang rokok.
1) keluarga.
bagi keluarga yang ayah dan ibunya,atau salah seorang dari mereka adalah perokok aktif,maka peluang bagi anak remajanya untuk menjadi perokok juga sangat besar.
Walau bagaimanapun,orang tua adalah pemberi contoh kepada anak anaknya.dan bila orang tua adalah perokok,tentu akan mengalami kesulitan bila hendak melarang anakya agar tidak merokok.
2) Lingkungan.
bila keluarga adalah perokok,kemudian lingkungan sekitar juga adalah orang orang pecandu rokok,maka besar kemungkinan anak anak yang tumbuh dari lingkungan tersebut akan jadi perokok pula.
Hampir bisa di pastikan tidak ada kepedulian terhadap bahaya merokok bagi kalangan remaja,karena merokok di anggap sebagai hal yang lumrah dan biasa.