Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Apa yang Tersisah dari Bom yang Meledak di Sibolga?

Diperbarui: 14 Maret 2019   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Foto : pexels.com

Sedih, perih, marah dan entah apalagi kata kata yang mampu menampung luapan perasaan di hati, mendengar seorang ibu tega meledakan bom di depan anaknya yang menewaskan keduanya.

Bahkan sampai tulisan ini di buat, saya masih belum mampu membayangkan mata bening dari anak yang belum tahu apa itu dosa dan pahala, menatap sambil tersenyum kepada ibunya yang entah pengaruh dari mana,begitu tega meledakan bom di depanya.

Seandainya waktu bisa di ulang, seandainya kejadian bisa di mundurkan, mungkin kita bisa melihat wajah polos seorang anak yang yakin ibunya adalah malaikat penjaganya.

Manusia mana yang tega melihat buah hati kesayanganya terluka? ibu macam apa yang tega membunuh anaknya dengan cara yang begitu tragis.

Entahlah...Bahkan otak ini terasa berhenti berpikir,jiwa ini beku tak mampu untuk menyentuh akar persoalan sesungguhnya.

Sebenarnya ada sesuatu yang terlewatkan dari bom yang meledak di Sibolga beberapa waktu lalu. Paham teroris kini membidik keluarga sebagai sasaran penyebebaran ajaranya. Dimulai dari sang ayah yang pertama kali digarap, kemudian istri dan terakhir anak anaknya.

Pasca serangan teroris di surabaya beberapa waktu lalu,tampak kecenderungan bahwa wanita dan anak anak di libatkan dalam serangkaian serangan teror. Kodrat wanita yang cenderung harus patuh dan taat pada suami, tampaknya dimanfaatkan betul oleh jaringan teroris untuk melakukan aksi aksi serangan teroris.

Benarkah seorang istri harus taat dan patuh kepada suaminya?

Seorang wanita yang telah berumah tangga wajib patuh dan taat pada suaminya dalam hal kebaikan menurut agama, tapi ketika sang suami melakukan hal hal yang menyimpang dari ajaran agama, maka sang istri wajib mengingatkanya.

Bila sang suami sudah melampaui batas batas yang di tentukan agama,apalagi sampai menyelewengkan ajaran agamanya, maka sang istri tidak boleh mentaatinya. Ketaatan dalam hal kebaikan kepada makhluk atau manusia, tidak boleh melebihi ketaatan kita kepada Allah dan rasulnya.

Sudah saatnya pemerintah dan tokoh tokoh agama memberi kesadaran dan pemahaman yang benar tentang apa itu ajaran agama yang lurus kepada keluarga keluarga di indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline