Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Cerpen | Dompet Itu

Diperbarui: 19 Februari 2019   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kemiskinan. foto : jppn.com

Ku pikul pulang barang daganganku.lemas lunglai seluruh tubuh dan pikiranku.

Terbayang di pelupuk mata,ke enam anaku,entah apa,yang di makan seharian ini,untuk pengganjal lapar.

Dari jauh mulai terlihat atap reot gubuk kecilku.sekecil hatiku,pulang tanpa membawa uang,ber arti hari ini keluargaku tak makan.

"Bapak pulang".....terdengar riang teriakan anak bungsuku,seriang harapan mereka untuk segera makan.

Ku letakan pelan pikulan yang sedari tadi manja bergelayut di pundaku

"Bagaimana kang... laku daganganya?"tetap terdengar lembut suara tanya dari istriku,walau cemas tak mampu menipuku

"Sekarang lagi sepi bu,orang orang tak mau lagi masak pakai tungku,kuno katanya.mereka lebih suka pakai kompor gas,lebih irit katanya" jawabku.menambah kecut rasa hatiku

Istriku tersenyum,senyum yang makin menambah rasa bersalahku.lelaki macam apa aku ini,punya keluarga tapi tak mampu menafkahi

"Pak,kita makan apa hari ini?"tanya anak gadisku,sambil meletakan segelas air putih di depanku.

Ku pandang anak gadisku,remaja yang mulai tumbuh dewasa,dia pasti sudah lebih paham keadaan keluarganya,di banding adik adiknya

"Iya pak,tadi adik hafiz menumpahkan beras yang hendak di masak ibu,jadi ibu nggak bisa masak"terang anak lelakiku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline