Lihat ke Halaman Asli

Di Tepian Telaga Nahla

Diperbarui: 27 Maret 2019   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Aku telah menukar malam-malam dengan doa-doa sederhana.
Menakar celah-celah kemungkinan.
Dan menimbang liang-liang kemustahilan.

Acap bulir-bulir embun tergelincir dari lantip-lantip mimpi.

Semilirnya kuhantarkan padamu.

Lirih kurapal jampi-jampi mesra
Dari dalam keranda tempatku memanjakan bayangmu.
Ingin aku menukar sunyi dengan renyah tawamu.

Tapi,

Biarlah,
Sekuncup harap meringkih dalam genggaman jemari waktu.
Asal tidak dengan doa-doa sederhana.
Yang kulangitkan dari pelataran kalbu yang berdebu.
Yang kutanam di antara rimbunan bunga-bunga Sinur.

Di tepian bening telaga nahla.

Kaulah basah yang tak akan pernah mengering.
Dan aku percik embun yang jatuh dari pucuk palma ke permukaan telaga.
Riciknya kamboja di taman Azam.
Riaknya rintih pada semesta.

Batuampartiga, 270319

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline