Kemenangan Presiden AS Donald Trump dalam pemilihan presiden 2024 lalu memicu kekhawatiran besar di kalangan pendukung Palestina. Selama masa jabatannya yang lalu, Trump memperkenalkan kebijakan yang sangat terlihat mendukung Israel, termasuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mengurangi bantuan AS kepada Palestina. Langkah-langkah ini mengubah cara kerja politik di Timur Tengah, menghabisi hak-hak Palestina, dan memperburuk hubungan dengan pemerintahan Palestina.
Sekarang, dengan Trump kembali menjabat ke Gedung Putih, ada ancaman kebijakan yang lebih keras terhadap Palestina.Banyak yang memperkirakan Trump akan melanjutkan tekanan untuk mendukung hubungan antara Israel dan negara-negara Arab,sering kali tanpa mempertimbangkan resolusi konflik yang baik bagi Palestina. Ini dapat membuat upaya untuk mencapai kedamaian bagi kedua negara semakin sulit, sementara dukungan bagi Israel kemungkinan besar akan meningkat di kancah internasional.
Selain itu,pengarihnya di sektor ekonomi juga mengkhawatirkan. Kembalinya kebijakan pemotongan bantuan bisa berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat Palestina,yang sudah menghadapi kondisi kehidupan yang menantang.Penurunan bantuan internasional akan memperburuk situasi kemanusiaan,mengancam stabilitas sosial, dan menutup opsi "recovery" yang penting bagi masa depan mereka.
Namun, tidak semua harapan hilang. Para diplomat Palestina dan pendukung mereka masih memiliki peluang untuk membangun aliansi baru di arena global. Tekanan dari komunitas internasional dan meningkatnya kesadaran akan hak-hak Palestina mungkin dapat membendung dampak kebijakan Trump. Hanya waktu yang akan menentukan apakah kemenangan Trump benar-benar akan mengubur atau justru memotivasi perlawanan lebih besar demi keadilan di Timur Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H