Benarkah manusia berevolusi? Jika pertanyaan itu diajukan kepada evolusionis Richard Dawkins yang dijuluki juru bicara Darwin paling vokal dari Universitas Oxford saat ini, maka jawabannya adalah “Itu pertanyaan bodoh!” Bagi ahli perilaku hewan yang terang-terangan mengaku ateis itu, temuan-temuan ilmiah yang ada saat ini (paleontalogi, anatomi, fisiologi, perilaku, dan genetika) sudah lebih dari cukup untuk memastikan manusia adalah kerabat dekat simpanse dan gorila. Bahwa manusia sekarang berperadaban lebih maju daripada simpanse dan gorilla adalah akibat dari berevolusinya otak. Data-data paleontology tentang perkembangan volume tengkorak manusia dari manusia primitive –hingga modern dapat disimak pada grafik berikut. Berbeda halnya bila pertanyaan “Benarkah manusia berevolusi?”diajukan kepada filosof biologi Elliot Sober dari Universitas Wisconsin-Madison, dia akan menjawab secara filosofis “Adanya fakta bahwa kita berakal dan berbudaya, rasanya kurang pas jika penjelasan-penjelasan evolusi diterapkan pada manusia”
Misteri peradaban dan kecerdasan manusia: purba vs modern
Stonehenge
Stonehenge adalah sebuah rangka bangunan yang terdiri dari balok-balok batu yang disangga balok batu lainnya. Yang fenomenal dari benda yang diduga dibangun pada tahun 1800-an sebelum Masehi (SM) itu adalah ukuran balok-balok batunya yang luar biasa. Satu balok batu yang disangga oleh dua tiang beratnya mencapai 28 ton (28.000kg) nangkring di ketinggian 4 meter di atas tanah dengan keseimbangan yang sempurna.
Manusia seperti apa yang merancangnya? Untuk keperluan apa? Dan, yang paling ingin diketahui manusia modern adalah bagaimana dan dengan alat apa batu-batu itu dibawa, dibentuk, didirikan, dan diangkat? Meski sudah banyak riset dan analisis dilakukan, Stonehenge alias Stones of England tetap menjadi misteri.
Piramid
Piramid adalah bangunan yang permukaan-permukaan luarnya berupa bidang segitiga yang bertemu di satu titik dengan alas quadrilateral (bersegi empat). Umumnya orang mengaitkan piramid dengan Mesir, karena di sanalah piramid pertama menarik perhatian dan paling banyak diteliti. Selain di Mesir, piramid atau yang struktur dapat disebut piramid, juga di ditemukan berbagai tempat di dunia seperti di Xi’an Cina dan Teotihuacan Meksiko. Baiklah, kita ambil contoh piramid yang paling fenomenal di Mesir saja. Di Mesir ada satu piramid yang paling fenomenal, yakni Great Pyramid of Giza (Piramid Besar Giza).
Piramid Besar Giza berdiri menjulang setinggi 160 meter, dengan panjang empat sisi alasnya masing-masing 252 meter, dengan akurasi sudut alas nyaris sempurna 90o. Piramid ini terdiri dari 2,5 juta balok-balok batu yang berat setiap balok berkisar 2 hingga 70 ton. Balok-balok itu tersusun dengan begitu sempurna rapatnya, sehingga kartu kreditpun tidak bisa disisip di celah-celahnya. Keempat sisinya nayris secara sempurna menghadap ke Utara, Selatan, Timur dan Barat secara sempurna, hanya meleset 1/12 derajat saja dari arah menurut kompas jaman modern.
Data-data tersebut adalah fakta kasat-mata tentang Great Pyramid of Giza. Adapun keterangan lain seperti siapa arsiteknya, kapan di buat, untuk tujuan apa, dari mana asal batuannya, bagaimana cara pembuatannya adalah keterangan yang dirumuskan berdasarkan hasil analisis terhadap fakta-fakta tadi ditambah fakta-fakta lain yang relevan. Salah satu kesimpulan (teoritis) penting dari kajian para arkeolog adalah bahwa piramid tersebut di bangun pada milenium ketiga sebelum Masehi, sekitar tahun 2900-an SM.
Teknologi modern
Untuk karya manusia amodern tidak perlu diualas satu persatu. Cukup kiranya daftarnya saja yang dapat dijadikan pembanding dengan karya manusia purba (Stonehenge dan piramid) di atas.
- Pesawat terbang
- Pesawat ruang angkasa ulang-alik
- Tenologi Telekomunikasi
- Rekayasa genetika
Renungan : Mana yang lebih cerdas ?
Piramid Giza dan Stonehenge dibangun di milenium ke-3 dan ke-2 SM. Orang modern sulit memikirkan teknologi dan peralatan seperti apa yang digunakan saat itu. Bagaimana orang pada masa itu mengangkat dan mengakut balok-balok batu yang beratnya puluhan ton tersebut. Apakah mereka menngunakan kendaraan beroda untuk mengangkut materialnya, dan memakai katrol untuk untuk mengangkatnya secara vertikal?
Semuanya tetap misteri. Bahkan ada penulis Barat yang secara sinis (mungkin karena alasan rasis) tidak percaya Piramid Giza dibuat oleh orang Mesir purba. Mereka, Max Toth dan Von Doniken, misalnya lebih suka mengajukan hipotesis bahwa Piramid Besar Giza dibangun oleh alien (makhluk dari dari luar angkasa yang datang ke bumi dengan mengendarai UFO seperti dilukiskan di dalam cerita-cerita fiksi).
Kita boleh saja (secara arogan) beranggapan bahwa kecerdasan dan kemampuan teknologi manusia purba masih rendah, jika melihat benda-benda yang mereka tinggalkan semuanya terbuat dari benda-benda alam (bukan sintetik). Sah pula anggapan tersebut jika kita meyakini bahwa hanya dengan peralatan buatan manusia modern di abad ke-20an saja semua pekerjaan berat seperti itu dapat dilakukan.
Tetapi sadarkah kita, termasuk para insinyur terhebat masa kini yang super jenius, bila diminta membangun benda serupa tanpa peralatan modern (grenda listrik, buldozer, forklift dan katrol) dapat melakukannya?
Maka patut dipertanyakan:
- Mana yang lebih cerdas, arsitek stonehenge atau insinyur pesawat terbang dan pesawat telepon?
- Mana yang lebih cerdas rsitek piramid besar Giza atau perancang pesawat ruang angkasa dan peswat televisi?
- Andai Einstein hidup di jaman Stonehenge, apa kira-kira yang dapat dilakukannya?
- Sebaliknya, andai arsitek piramid Giza hidup di tahun 2000-an, apa pula karya yang akan dihasilkannya?
Sungguh sulit membandingkan tingkat kecerdasan (kapasitas belajar) manusia yang hidup di jaman purba 5000-an tahun lalu dengan kecerdasan manusia yang hidup di era internet ini. Sepertinya kecerdasan manusia tidaklah berkembang secara siginifikan dalam 5000 tahun. Bahwa karya manusia makin maju lebih disebabkan karena pengalaman budaya itu sendiri.
Andai arsitek candi Borobudur hidup di abad 20 di mana komputer sudah ada, boleh jadi karyanya melampaui karya-karya BJ Habibie, bahkan karya Einstein. Sebaliknya andai BJ Habibie atau Einstein hidup di jaman Fiarun mungkin tak akan lebih baik dari para petani dan kuli kasar dalam pembuatan piramid itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H