[caption id="attachment_178465" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Dalam cerita-pewayangan, Arya Kumbakarna adalah saudara kandung raja Negara Alengka, Prabu Rahwana, sekali gus menjabat Panglima Perang kerajaan tersebut. Sebagaimana dikisahkan dalam Cerita Ramayana, baik dalam versi epos maupun pewayangan, Rahwana alias Dashamuka adalah sosok raja yang lalim, angkara murka, keras kepala, dan selalu ingin menang sendiri. Salah satu perbuatan nekat Sang Prabu yang menyebabkan hancurnya kerajaan Alengka adalah tindakannya menculik dan menawan Dewi Shinta, istri Rama, Putra mahkota Kerajaan Ayodya. Kenekatan Rahwana menculik Shinta semata-mata untuk kepentingan pribadinya, yang kasmaran dan terobsesi ingin mempersunting Dewi Sri Widowati yang diyakininya menitis pada Dewi Shinta. Tindakannya menculik dan menawan Dewi Shinta itu bukan hanya memicu perlawanan dari Rama, melainkan juga mendapat tentangan dari saudara kandungnya sendiri, Gunawan Wibisana dan Arya Kumbakarna. Bedanya. Jika Gunawan Wibisana terang-terangan melawan Rahwana bersekutu dengan Rama, Arya Kumbakarna tetap setia memimpin pasukan Alengka melawan pasukan Rama. Disinilah unik dan menariknya sosok Arya Kumbakarna. Meskipun dalam kapasitas pribadi dan secara moral dia tidak setuju dengan perbuatan kakak kandungnya, Prabu Rahwana, tetapi dia tetap setia memimpin balatentara kerajaan Alengka sampai titik darah penghabisan. Mengapa Arya Kumbakarna rela mati berperang di pihak pasukan Rahwana, padahal dia tahu bahwa semua itu disebabkan oleh perbuatan Rahwana yang dicelanya? Itu semua karena Arya Kumbakarna adalah sosok ksatria sejati. Sebagai ksatria Alengka dia telah bersumpah akan selalu menjaga kehormatan dan kedaulatan bumi Alengka tak peduli nyawa sebagai taruhannya. Jadi, dia berperang melawan pasukan Rama yang didukung adiknya Gunawan Wibisana itu bukan karena membenarkan tindakan zalim Prabu Rahwana. Melainkan, karena ia memenuhi sumpahnya, sumpah seorang ksatria, akan selalu siap mengorbankan diri membela kehormatan, kedaulatan serta keutuhan Alengkadireja, tanah airnya. TNI versus Demo Anti Kenaikan BBM Dalam beberapa hari terakhir ini, di kehidupan nyata, di negeri yang bernama Indonesia, para ksatria negara yang bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang dihadapkan pada sebuah dilemma yang kurang lebih mirip dengan yang dihadapi Arya Kumbakarna bersama pasukan Alengkadireja yang dipimpinnya dalam kisah Ramayana yang dipaparkan diatas. Betapa tidak dilematis, hari-hari terakhir ini, TNI dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apakah akan tetap tiarap dan diam di dalam barak-barak menyaksikan hiruk pikuk demo anti kenaikan BBM yang digagas pemerintah yang kian meluas? Atau, segera bertindak menghentikan demo-demo yang di beberapa tempat telah terbukti menimbulkan kerusakan dan korban luka, sebagaimana yang dimintakan oleh pemerintah dan polri? Dilemma yang dihadapi TNI bertambah pelik karena timbulnya silang pendapat, pro-kontra, di masyarakat. Yang kontra dan menolak dilibatkannya TNI ddalam mengatasi demo anti kenaikan BBM, berpendapat bahwa demo tersebut murni digagas dan dilakukan elemen masyarakat yang khawatir kenaikan harga BBM akan membuat kehidupan rakyat makin terpuruk. Kelompok ini berpendapat bahwa cukuplah polisi yang bertanggung jawab mengatasinya karena demo itu hanyalah gangguan kemanan dalam negeri. Kemanan dalam negeri adalah ranah tugas polisi, sementara ranah tugas TNI adalah gangguan kemanan dari luar. Sedangkan kelompok yang pro pelibatan TNI berpandangan bahwa aksi demo anti kenaikan BBM itu berpotensi ditunggangi kelompok-kelompok yang ingin berbuat makar kepada pemerintahan yang sah. Juga, tidak ada jaminan bahwa demo tersebut tidak disusupi oleh kepentingan dan kekuatan dari luar. Jika demo itu telah ditunggangi oleh kekuatan luar, entah ideology atau financial, maka itu sudah masuk ranah tugas TNI. Karena itu TNI bukan lagi perlu diminta, tetapi harus proaktif turun tangan. TNI Harus Punya Pendirian Sebagai rakyat kecil yang merindukan keadaan negeri yang damai dan tentram saya hanya berharap berharap agar TNI mempunyai pendirian yang kokoh dalam menentukan sikap. Saya percaya TNI dengan segenap instrument yang dimiliki mampu mengendus keadaan dengan tepat. Apakah keadaan sekarang telah memasuki masa kritis atau belum, pastilah TNI jauh lebih tahu karena memiliki system intelijen yang terpercaya. Wahai para Bahayangkara Negara, tak banyak yang dapat aku sarankan kepada kalian. Tegaskan pendirian kalian dengan matang berdasarkan kajian intelijen dan misi kalian yang tertuang di dalam Spata Marga dan Sumpah Praurit. Hanya dengan itu kalian tidak akan terjebak dalam sebuah dilemma seperti yang dihadapi Arya Kumbakarna. Sapta Marga 1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila. 2. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah. 3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan. 4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia. 5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit. 6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa. 7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit. Sumpah Prajurit: Demi Allah saya bersumpah / berjanji : 1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan. 3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. 4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik Indonesia. 5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya. Semoga, bersama TNI, negeri ini selalu tentram dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H