Lihat ke Halaman Asli

Rendang Babi di Restoran Padang

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sejak diangkat menjadi petugas inspeksi internal di instansi yang memiliki kantor cabang di seluruh provinsi di Indonesia ini setahun lalu, Badar sudah mengunjungi lebih dari separuh wilayah Indonesia. Tetapi, baru kali ini dia mendapat tugas berkunjung ke kota yang penduduknya mayoritas non-muslim. Berdasarkan referensi dari seniornya, mencari restoran yang menyajikan menu halal bagi kaum muslim di kota tersebut bukan persolan mudah.

“Carilah restoran yang ada tulisan restoran muslim, kalau pun tidak ada tulisan, semua restoran Padang pasti menyajikan menu halal” demikian seniornya memberi petunjuk.

Sosok Badar
Meskipun berdasarkan prestasi ibadahnya (sholat dan puasa khususnya) tidak layak disebut sebagai muslim taat, tetapi untuk urusan halal–haram dia sangat idealis. Dia paling benci orang yang tidak disiplin, malas, sering bolos kerja, apalagi maling dan koruptor. Poligami saja yang dihalalkan dalam Islam ditentangnya, apalagi perselingkuhan dan melonte. Soal makanan haram juga seperti itu, dia memang perokok, tetapi anti alcohol dan narkoba, apalagi daging babi.

Badar mendarat di bandara kota tujuan tepat pukul 14.00 waktu setempat. Setengah jam kemudian dia sudah check in di sebuah hotel melati di kota tersebut. Meskipun uang saku dan akomodasinya cukup untuk menginap di hotel berbintang, tapi seperti kebanyakan pegawai Indonesia yang gajinya relatif kecil demi alasan “ngirit” dia pilih hotel yang murah.

Sebenarnya dia bisa saja menggunakan fungsi jabatannya untuk meminta fasilitas akomodasi kepada kepala kantor yang akan diinspesksi. Tetapi ya itu tadi, Badar orangnya idealis dia pantang menyelewengkan jabatan, itu sebabnya dia tidak memberi tahukan kedatangannya. Dia ingin melakukan inspeksi secara kejutan.

Sekitar sejam setelah rebahan, Badar merasa lapar karena hidangan yang diterimanya di pesawat dirasakannya tidak cukup mengganjal perutnya yang biasa nambah jika makan. Dia lalu memtuskan untuk cari makan ke luar, sekalian lihat-lihat suasana kota yang baru pertama dikunjunginya itu.

Badar merasa lapar
Belum terlalu jauh dia berjalan tiba-tiba dia menemukan sebuah restoran yang menurut dia tergolong sederhana yang pada papan namanya tertulis “RESTORAN PADANG…”.

“Pucuk dicinta ulam pun tiba” begitu pikir Badar dengan suka cita. “Ternyata untuk menemukan restoran halal tidak sesulit yang diceritakan Pak Anto (seniornya)” katanya dalam hati.

“Selamat sore Pak, mau pesan apa?” sapa pelayan restoran dengan ramah pada Badar.
“Rendang anda?” tanya Badar. “Oh, ada Pak, ada..” jawab pelayan.

Badar pun makan dengan lahapnya. Selesai menyantap hampir dua porsi nasi rendang (ingat badar selalu nambah bila makan), Badar pun memesan kopi susu sebagai hidangan pnutup yang akan dinikmatinya bersama sedikitnya 3 batang rokok.

Saat menunggu kopi susu itu, Badar terkesan dengan lezatnya santapan yang baru saja dihabiskannya tadi. “Baru kali ini seumur hidup ku merasakan rendang yang luar bisa lezatnya” puji Badar pada rendang yang sudah di dalam perutnya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline