Lihat ke Halaman Asli

Fadli Zon Nyebelin, Untung Ada Ahmad Dhani!

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selasa malam (20/5/2014), di layar TV One dalam program Indonesia Lawyers Club, Fadli Zon ditanya oleh Karni Ilyas: “Mengapa kita harus memilih Probowo?” Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, lebih-kurang menjawab seperti ini: “...karena kita butuh pemimpin yang tegas, jujur, dan berani ambil resiko. Bukan pemimpin yang suka ingkar janji, tidak berani ambil resiko, dan hanya akan menjadi petugas partai...”

Keesokan harinya, Rabu (21/5/2014), di layar TV yang sama Ahmad Dhani disela acara deklarasi musisi mendukung Prabowo-Hatta ditanya dengan pertanyaan serupa. Jawabannya kurang-lebih seperti ini: “...Indonesia masih butuh pemimpin berlatar belakang militer. Pabowo adalah militer tempur. Karakter militer tempur itu tidak pernah ragu dalam membuat keputusan. Di sisi lain Prabowo memiliki kepribadian yang menyenangkan. Contohnya, ketika dia bertamu ke rumah saya dia membuka sepatu. Karena karakter seperti itu, ibu saya bahkan jatuh cinta pada Prabowo...”

Fadli Zon bisa kontra produktif

Siapa lagi yang disasar Fadli dengan “...pemimpin yang suka ingkar janji, tidak berani ambil resiko, dan hanya akan menjadi petugas partai...” jika bukan Jokowi.Sindirian naif Fadli Zon terhadap Jokowi sudah terlalu sering dilontarkan dalam setiap kesempatan di depan publik, antara lain melalui puisi politiknya. Ringkas kata, Fadli ingin meyakinkan publik bahwa Prabowo lebih layak ketimbang Jokowi untuk dipilih menjadi presiden.

Di era dimana masyarakat tak punya banyak pilihan dalam mengakses informasi, strategi promosi (kampanye) gaya Fadli Zon mungkin saja efektif. Tetapi sekarang ini masyarakat bisa memperoleh informasi dari beragam sumber dan beragam media.Cross-check terhadap kebenaran setiap informasi sangat mudah dilakukan.

Ketika khalayak mendapatkan informasi yang saling bertolak belakang dengan yang dikampanyekan, ketika itulah masyarakat akan menjadi jengah. Kejengahan, alih-alih memperkuat kecintaan publik, kebencianlah yang justru akan muncul. Sosok yang dijelek-jelekkan tanpa fakta yang kuat justru bisa menuai simpati. Sebaliknya, tokoh yang dikatakan baik tanpa data akurat kebaikannya justru bisa menuai antipati.

Apa yang dilakukan Fadli Zon dengan mengulang-ulang sindiran yang sama terhadap Jokowi bukan hanya bisa membuat publik muak terhadap dirinya, tetapi juga terhadap sosok yang dipromosikannya itu. Di sinilah Fadli Zon, sebagai juru bicara, bisa jadi blunder dan kontraproduktif bagi pasangan Prabowo-Hatta. Ingat, masyarakat cenderung tidak menyukai tokoh yang terlalu banyak mengumbar kata hujatan pada lawannya.

Ahmad Dhani lebih elegan

Apa yang dilakukan Ahmad Dhani jauh lebih terhormat. Dia mengungkap kelebihan Prabowo, tetapi tidak menyebut keburukan lawannya. Meskipun pujian itu subjektif sifatnya, tetapi Ahmad Dhani telah melakukan kampanye elegan dan sehat.

Disebut elegan karena memaparkan kelebihan sosok yang didukung dalam kampanye halal hukumnya. Itulah hakikat berpromosi. Keunggulan poduk kitalah yang perlu ditonjolkan, bukan kekurangan atau keburukan produk pesaing. Produk kita tidak akan menjadi lebih baik dengan menjelekkan produk orang. Biarlah khalayak yang menilai, layak tidaknya produk kita mereka pilih.

Disebut sehat karena dengan tidak menjelekkan pesaing, kemarahan dan kebencian tidak akan muncul. Sudah menjadi hukum alam, bahwa jika kebencian dan permusuhan yang kita tebar maka hanya dendam dan perlawanan yang akan kita tuai. Perlawanan balik hanya akan menyebabkan banyaknya energi terbuang sia-sia untuk menangkisnya.

Salam Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline