Lihat ke Halaman Asli

Belajar Dari Saluran Air

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14157596841773485544

Waktu lagi mandi, kok rasanya di kakiku berkumpul sejumlah air ya? (kayak apaan aja sejumlah air...zzzzz). Ternyata, saluran air (saya lupa istilahnya, tapi saya coba fotokan. Entah apa itu namanya ya?) sedang tertutup. Coba rekan-rekan perhatikan, masih ada genangan airnya kan?



Saya pun langsung membuka saluran air tersebut, dan seketika juga...WUSSSSS, air tadi yang sempat menggenang langsung meluncur deras ke dalam lubang air tersebut. Yey! Kering!

Tiba-tiba, insight muncul di kepala saya. “ahhh, ternyata, kejadian barusan ada pelajarannya juga...” apa tuh?

Air di atas melambangkan ilmu pengetahuan, potensi, talenta, bakat, dan kemampuan yang kita miliki. Sedangkan, saluran air melambangkan diri kita sendiri.

Kadang, bahkan sering, banyak diantara kita yang merasa “GW PALING...bla bla bla...” paling hebatlah, paling pinterlah, paling ganteng or cantik, paling kaya, dan paling-paling-paling lainnya. Kita pun menjadi sulit untuk menerima masukan, kritik, saran, ide, pemikiran, dan sebagainya dari orang lain dan dari apapun yang lain.

Seperti saluran air di atas, ketika diri kita tidak mau terbuka dan menjadi tertutup serta menganggap kitalah segalanya maka akan muncul berbagai hal negatif, ya, air itu menumpuk di suatu tempat. Tidak mau terbuka atas apapun, pengetahuan dan kelebihan kita menumpuk dalam diri sendiri, akhirnya tidak berguna bahkan menjadi penyakit bagi kita sendiri. Ibaratnya, jika air tadi dibiarkan menjadi genangan air, bukankah nanti akan menimbulkan sumber penyakit? Misalnya munculnya jentik-jentik nyamuk demam berdarah?

Layaknya saluran air, ketika saluran tersebut dibuka, air akan mengalir dengan derasnya. Alhasil, ketika saya menyiramkan kembali ke tempat tersebut, air tetap mengalir dengan derasnya dan tidak menumpuk. Semua manusia dianugerahi bakat, potensi, kemampuan, dan sebagainya oleh Sang Pencipta. Akan tetapi, kesemuanya itu tidak hanya harus dikembangkan, melainkan pula harus dibagikan kepada sesama. Mengapa harus dibagikan? Agar kita pun dibagi hal lainnya oleh sesama. Pada akhirnya, kita pun akan berkembang bersama, dan saling mengisi, bahu membahu, satu sama lain. Saya rasa, itulah esensi kita hidup. Membagi dan dibagi, tanpa putus, tanpa henti demi pengembangan bersama.

1415759993658387346

Mari kita saling mengembangkan kemampuan dan potensi selaras dengan membagikannya kepada sesama. Jadilah saluran air yang terbuka, dan selalu siap untuk menampung dan membiarkan air lain mengalir daripadanya.

Warmest Regards,

Andhika Alexander Repi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline