Lihat ke Halaman Asli

Curhat Jumat: Pembunuhan Setan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah Jumat yang istimewa. Walaupun setiap hari Jumat adalah hari yang istimewa, tapi Jumat kali ini 110% lebih istimewa dari para Jumat lainnya (sudah termasuk PPN, hehehe). Penyebabnya adalah, selain karena besoknya libur, tentu saja karena hari ini adalah awal Ramadhan 1433 H versi saya.

Pada Jumat kali ini saya beraktivitas dengan menahan kantuk di mata. Dinihari tadi, saya bangun kira-kira pada 03.30 WIB untuk makan sahur. Saya bersantap di warung makan padang terdekat, warung ”Bundo” yang paling tenar seantero Jatingaleh Semarang, dengan menu nasi putih berlauk rendang. Sayang sekali tadi pagi lauk favorit saya yaitu pete dan jengkol tak tersedia di etalase. Sudah sold-out mungkin. Hmm, berita bagus bagi para petani jengkol dan pete, betul?

Oh ya, saya jadi teringat ceramah Ustad Fahrur Rozi pada Kamis siang kemarin. Ustad favorit warga Semarang yang secara berkala muncul di stasiun teve lokal itu, bercerita bahwa malam Jumat adalah malam yang sangat baik untuk melakukan “kegiatan tertentu”. Beliau memakai terminologi “membunuh setan” sebagai pengganti istilah “kegiatan tertentu” itu. Saya dan lajang-lajang yang menghadiri ceramahnya kemarin hanya bisa senyum-senyum sambil menelan ludah. Dan seingat saya, tadi malam sewaktu berjalan kaki menuju warung padang, sama sekali tak terdeteksi adanya indikasi pembunuhan setan, tuh (yo mesti, membunuhnya pasti diam-diam – silent operation). Tapi berani taruhan potong rambut, pasti malam tadi terjadi pembunuhan massal setan-setan yang terkutuk.

Ketika melaksanakan ibadah salat jumat, rasa kantuk saya sungguh tak tertahankan. Suara khatib yang berceramah mengenai ramadhan hanya masuk ke telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri. Saya mengharapkan khotbah segera usai dan semoga imam shalat tidak membaca surat yang panjang-panjang. Alhamdulillah terkabul.

Omong-omong mengenai bacaan imam ketika shalat, saya kembali teringat kisah teman sewaktu dulu kami masih kuliah. Jujur saja, saya dan teman saya tergolong dalam gerombolan jamaah yang tidak betah berdiri terlalu lama ketika shalat. Kami sampai hapal surat mana saja yang ayatnya berjumlah banyak dan itu berarti satu rakaat akan berlangsung cukup lama. Salah satunya adalah surat Ar Rahman. Surat yang isinya sangat bagus itu jumlah ayatnya lumayan banyak, dan, ternyata menjadi salah satu kesukaan sang imam! Dalam hati kami sering berharap semoga pada jumatan dimana kami kebetulan melaksanakannya di masjid tersebut, surat itu tidak dibacakan. Namun ketika pada suatu jumatan kami mengharapkan hal yang sama, ternyata sang imam malah membacakannya. Waduh, lutut saya langsung terasa lemas....

Oke deh, sekian dulu curhat Jumat kali ini. Sebelum menutup celotehan tidak penting ini, saya ingin memberi saran kepada para produsen alat kontrasepsi. Pada bulan mulia nan suci ini, ketimbang sampeyan menampilkan bintang iklan yang berpenampilan bahenol dan seksi, mending diganti saja dengan menampilkan sosok rohaniwan yang di akhir tayangan iklan tersebut mengucapkan tag ”SUDAHKAH ANDA MEMBUNUH SETAN MINGGU INI?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline