Seorang abdi negara akan selalu melakukan rutinitas pergi pagi pulang sore, besok seperti ini lagi dan seterusnya. Wajar jika kemudian abdi negara mencuri waktu untuk minum kopi di warung-warung, dosa pertama yang dilakukan di pagi hari, mengabaikan tugas Negara, apatah lagi di kantor banyak juga yang main game dan dosa-dosa lain.
Ada juga yang mengeluhkan rutinitas ini di media sosial dengan membela diri setengah mati. Sebagaimana diceritakan Ibrihim el Ifki, seorang perempuan bekerja di sebuah perusahaan ternama. Karirnya sangat bergengsi sebagai manajer, tetapi ia kehilangan semangat, gampang marah, suka menyendiri, hidupnya kehilangan gairah.
Perempuan ini datang mendiskusikan permasalahannya, Ia rupanya tak pernah mengambil cuti. Kegiatan dan tanggung jawab yang tidak berkesudahan telah membuat jiwa itu hilang, kehilangan semangat hidup, ini yang kemudian disebut refleksi psikilogi.
Dalam fikih tahawwulat, orang beriman selalu melakukan sesuatu dengan kadar pertengahan agar jiwanya tetap bisa distabilkan. Dermawan yang berlebihan tidak bagus, begitu juga dengan hemat yang berlebihan akan mendatangkan suatu mudarat kepada diri sendiri.
Rasul bahkan pernah menegur seorang sahabat yang setiap hari menghabiskan waktu beribadah di Masjid. Rasul mengingatkan untuk bekerja, memberi nafkah kepada keluarga, inilah ajaran Islam yang rahmatal lil alamin, memberikan tujuan kebahagian.
Kehilangan semangat hidup merupakan salah satu faktor berpikir negatif.
Jangan sia-siakan anugerah kehidupan yang Allah berikan. Hidup bukan hanya soal data, kertas, sepatu dan finger print. Hidup adalah tentang berbagi cinta , kasih sayang, bertemankan Alquran dan juga bisa menyeruput kopi tanpa beban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H