Lihat ke Halaman Asli

Kanaya auliya

Mahasiswi

Nietzsche dan Kritiknya terhadap Moralitas Tradisional

Diperbarui: 8 Januari 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendekatan kritis terhadap moralitas tradisional telah menjadi salah satu fokus utama filsafat sepanjang sejarah. Banyak filsuf terkenal yang telah menyumbangkan kontribusi mereka dalam menggali kandungan moralitas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang konvensi yang ada. Salah satu filsuf yang paling menonjol dalam hal ini adalah Friedrich Nietzsche. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan Nietzsche tentang moralitas tradisional dan kritik-kritik yang ia ajukan terhadapnya.

Moralitas tradisional telah menjadi dasar penting dalam perkembangan masyarakat dan budaya sepanjang sejarah. Nilai-nilai moral yang diajarkan oleh agama dan masyarakat telah membentuk landasan etika bagi individu-individu yang hidup di dalamnya. Namun, Nietzsche menantang pandangan ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti aspek-aspek yang mungkin tersembunyi dalam moralitas tradisional.

II. Pengantar kepada Friedrich Nietzsche

Friedrich Nietzsche adalah seorang filsuf abad ke-19 yang terkenal dengan pemikirannya yang kontroversial. Ia dikenal sebagai penulis yang produktif dan pandangannya yang kritis terhadap moralitas tradisional telah membuatnya menjadi salah satu tokoh yang paling diperdebatkan dalam dunia filsafat. Nietzsche sering kali dikenal sebagai filsuf yang memanfaatkan gaya tulisan yang provokatif dan berani.

III. Kritik Nietzsche terhadap Moralitas Tradisional

a. Kehampaan Moralitas

Nietzsche mengkritik moralitas tradisional sebagai sesuatu yang kelaparan akan kekuasaan dan kelemahan. Baginya, moralitas tradisional adalah hasil dari kebutuhan manusia yang lemah dan tidak mampu menghadapi realitas kehidupan. Ia berpendapat bahwa moralitas hanya berfungsi untuk menekan keinginan dan keinginan yang paling kuat dalam diri manusia.

b. Sklifosofia

Nietzsche menggunakan istilah "sklifosofia" untuk menggambarkan kelemahan moralitas tradisional. Menurutnya, moralitas tradisional hanya merupakan pandangan yang sempit dan menyenangkan diri sendiri, dan tidak mampu melihat fakta-fakta yang sebenarnya dalam kehidupan. Nietzsche meyakini bahwa moralitas harus dipandang sebagai sesuatu yang lebih fleksibel dan harus mampu menangani kompleksitas dan pertentangan dalam manusia.

c. Penentangan terhadap Kebenaran Objektif

Nietzsche menolak gagasan bahwa ada kebenaran objektif yang dapat ditemukan dalam moralitas. Ia berpendapat bahwa moralitas hanya merupakan hasil dari interpretasi subjektif manusia terhadap dunia. Baginya, tidak ada sesuatu yang benar atau salah secara mutlak, tetapi hanya ada interpretasi yang beragam oleh individu-individu yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline