Lihat ke Halaman Asli

kanaya annisa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Fakultas Farmasi Prodi S1 Farmasi

Jejak Karbon Obat-obatan : Tantangan dan Solusi dalam Menciptakan Industri Farmasi yang Berkelanjutan

Diperbarui: 22 Desember 2024   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jejak karbon obat obatan : tantangan dan solusi dalam menciptakan industri farmasi yang berkelanjutan

PENDAHULUAN 

   Pertumbuhan industri farmasi di seluruh dunia mengalami peningkatan signifikan sebagai akibat dari pertumbuhan populasi global, peningkatan harapan hidup, serta perkembangan teknologi medis yang mendorong terciptanya obat-obatan baru. Permintaan yang terus meningkat ini mendorong perusahaan farmasi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas cakupan distribusi. Dalam proses tersebut, penggunaan energi yang intensif untuk kegiatan produksi, sintesis bahan aktif obat (Active Pharmaceutical Ingredients/ APIs), sterilisasi produk, dan pengemasan menjadi tidak terhindarkan, menyebabkan peningkatan signifikan dalam emisi karbon. Kompleksitas rantai pasok dalam industri farmasi, mulai dari penelitian, pengembangan formulasi, pengadaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga pengiriman produk ke tangan konsumen, melibatkan banyak tahapan yang memiliki potensi tinggi untuk menghasilkan emisi karbon. Setiap tahap dalam rantai pasok membutuhkan konsumsi energi yang besar, termasuk penggunaan transportasi yang bergantung pada bahan bakar fosil, yang berkontribusi langsung terhadap peningkatan jejak karbon global. Selain itu, proses produksi yang bersifat energi intensif turut menambah kompleksitas persoalan ini karena fasilitas manufaktur seringkali memerlukan peralatan canggih yang beroperasi dalam jangka waktu lama dan mengandalkan sumber energi tidak terbarukan (Nainggolan, dkk., 2023).

ISI

Studi menunjukkan bahwa produksi farmasi menyumbang hingga 45% dari total emisi dalam siklus hidup obat akibat penggunaan energi dalam sintesis kimia dan operasional fasilitas manufaktur. Tahap distribusi menyumbang sekitar 30% emisi karbon, terutama dari penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi global, terutama pada produk farmasi yang didistribusikan lintas negara. Penggunaan dan pembuangan menyumbang sekitar 25%, yang mencakup pengoperasian penyimpanan berpendingin dan pembakaran limbah medis. Analisis kuantitatif ini memberikan dasar bagi pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan dan strategi mitigasi yang lebih efektif dalam mengurangi emisi karbon industri farmasi (Aulia dan Sisdianto, 2024: 23).

Solusi untuk mengurangi jejak karbon dalam industri farmasi dapat diterapkan melalui strategi di tingkat perusahaan, kebijakan publik, dan kolaborasi lintas sektor. Optimasi proses produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi energi melalui penggunaan teknologi hemat energi, pemanfaatan sumber energi terbarukan, serta inovasi dalam proses sintesis kimia yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku yang bersumber dari proses berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat mengurangi jejak karbon signifikan pada tahap produksi. Pengembangan produk yang lebih berkelanjutan mencakup formulasi obat yang lebih sederhana, penggunaan bahan tambahan yang ramah lingkungan, serta desain kemasan yang lebih efisien dan dapat didaur ulang. Manajemen rantai pasok yang berkelanjutan dapat diterapkan dengan memilih pemasok yang memiliki komitmen lingkungan, optimasi sistem transportasi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta penerapan teknologi logistik cerdas.

PENUTUP 

pengurangan jejak karbon dalam industri farmasi memerlukan pemahaman mendalam terhadap siklus hidup obat-obatan, identifikasi sumber emisi karbon, serta tantangan yang dihadapi pada tingkat teknis, ekonomi, regulasi, dan sosial. Solusi berkelanjutan dapat dicapai melalui optimasi proses produksi, pengembangan produk ramah lingkungan, manajemen rantai pasok yang berkelanjutan, kebijakan publik yang mendukung, serta kolaborasi lintas sektor yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Saran bagi perusahaan farmasi adalah untuk segera mengadopsi teknologi rendah karbon dan praktik berkelanjutan secara bertahap guna mengurangi dampak lingkungan. Pemerintah disarankan untuk memperkuat regulasi terkait emisi karbon serta menyediakan insentif bagi perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan teknologi hijau yang lebih efisien dan terjangkau agar industri farmasi dapat mencapai keberlanjutan lingkungan tanpa mengorbankan akses obat-obatan bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA 

Aulia, N., & Sisdianto, E. (2024). Dari Limbah Ke Laba: Bagaimana Akuntansi Lingkungan Membantu Bisnis Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(4), 503-513.
Erwin, S. E., Arbit, N. I. S., Ridwan, R. A., & Jafar, N. Q. A. (2024). Strategi Komunikasi Dan Distribusi Berkelanjutan Industri Rumput LauT. Cendikia Mulia Mandiri.
Nainggolan, H., Nuraini, R., Sepriano, S., Aryasa, I. W. T., Meilin, A., Adhicandra, I., ... & Prayitno, H. (2023). Green Technology Innovation: Transformasi Teknologi Ramah Lingkungan berbagai Sektor. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline