Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khoirul Wafa

Santri, Penulis lepas

Seaspiracy: Mengurai Kolapsnya Ekosistem Laut

Diperbarui: 7 Juli 2021   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Netflix

Manusia hadir tiba-tiba, menyusup masuk dalam ekosistem laut. Meskipun mereka tak pernah hidup di laut, tapi mereka sekarang telah berada di puncak rantai makanan. Ada diatas hiu dan paus.

Manusia mengeruk kekayaan laut, yang kata nenek moyang dulu samudera tak akan kehabisan ikan, sekarang kalimat menghibur itu seperti mulai menjadi bias. Ada yang bilang, jika terus menerus begini, mungkin laut akan hampir kosong pada 2048 M.

Dan apa jadinya jika tak ada ikan di lautan? Mungkin tak cuma manusia yang kehilangan salah satu sumber pangan mereka. Tapi ini juga menyangkut kelangsungan kehidupan makhluk lain di dunia pada umumnya. Ikan punah, kehidupan manusia juga akan terancam.

Tapi kenapa bisa?

Ada yang bilang, saat paus dan lumba-lumba mengambil nafas ke permukaan, sebenarnya mereka juga membantu menyuburkan tumbuhan laut kecil yang disebut fitoplankton. Yang tiap tahunnya menyerap empat kali lebih banyak karbondioksida daripada hutan Amazon. Sekaligus menghasilkan 85% oksigen yang dihirup manusia.

Yah, laut adalah penyerap karbondioksida terbesar yang sebenarnya kita miliki. Bukan hanya hutan. Tumbuhan laut pesisir katanya bisa menyerap dua puluh kali karbondioksida lebih banyak daripada pepohonan di daratan. Dan hingga 93% karbondioksida tersimpan di lautan, dibantu dengan vegetasi laut, alga, dan karang.

Maka kehilangan satu persen saja dari ekosistem tersebut, setara dengan melepaskan emisi dari sembilan puluh tujuh juta mobil.

Bahwa kehidupan ikan-ikan di laut akan membantu kelangsungan hidup terumbu karang. Kotoran mereka, membantu menyuburkan tumbuhan-tumbuhan laut yang indah itu.

Ada yang bilang, hiu membunuh sampai sepuluh manusia per tahun. Tapi sebaliknya, manusia membunuh setidaknya sepuluh ribu sampai tiga puluh ribu hiu setiap jamnya.

Dan saat populasi puncak rantai makanan mulai goyah, akan ada kelebihan populasi pada tingkat rantai makanan kedua, yang menyebabkan kekurangan populasi pada tingkat rantai makanan ketiga. Lalu saat tingkat ketiga habis, tak ada makanan untuk tingkat kedua. Lalu tingkat kedua pun akan ikut punah. Dan seterusnya, itu menjadi skenario buruk kolapsnya rantai makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline