Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khoirul Wafa

Santri, Penulis lepas

Belajar Melihat Sisi Baiknya

Diperbarui: 2 Juli 2020   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

new-linker.info

MELIHAT SISI BAIKNYA

Sebuah cerpen dan interpretasi sederhana

_______________

Ibnu, Zaki, dan Joko adalah tetangga dekat. Bertiga rumah mereka sejajar. Tidak berhadap-hadapan tapi berderet lurus, sama-sama menghadap matahari terbit. Sama-sama pengoleksi bunga. Dan sama-sama mengecat rumah dengan warna hijau. Bertahun-tahun mereka bertetangga.

Joko orang yang misterius dan tak bisa dipahami, bahkan oleh ayah kandungnya sendiri. Bagi Zaki, Joko adalah orang yang menyebalkan. Mengesalkan karena meskipun berdekatan, namun jarang menyapa.

Minggu pagi adalah saat menyiram bunga. Zaki membuka pintu, dan terbelalak bola matanya. Di depan rumah sudah ada hadiah, sesuatu yang dibungkus rapi, lengkap dengan pita. Tertera nama pengirimnya, Joko. Tetangganya itu mengirimkan sesuatu.

Penasaran apa isinya, Zaki membuka itu pelan-pelan. "Tetangga aneh yang menyebalkan, apa mau memberikan setumpuk uang?"

Zaki berharap itu adalah nominal merah bergambar Soekarno. Sebagai tanda maaf, karena Joko baginya adalah tetangga yang banyak salah.

Saat dibuka, baunya semerbak. Busuk luar biasa. "Apa-apaan ini? Joko sialan tak tahu diuntung! Mengirimi aku sekotak tahi ayam."

Itu adalah bungkus indah berisi hal paling memuakkan dalam seminggu terakhir. Jika isinya hanya tahi ayam, mengapa harus repot-repot membungkus dengan bentuk kado. Dihias pita pula?

Mau langsung dilabrak, mau dikembalikan, mau dilemparkan langsung ke pintu ruang tamu Joko, dan segala macam bentuk balas dendam lain sudah terencana dengan seksama di kepala Zaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline