CATATAN TENTANG BELAJAR TEKNIK MENULIS DARI NOVEL OF MICE AND MEN JOHN STEINBECK
John Steinbeck adalah salah satu penulis yang diperhitungkan. Karya-karyanya ditunggu-tunggu. Steinbeck sendiri katanya dikenal dunia sebagai seorang pengarang humanis yang setia mengungkap persoalan-persoalan getir kemanusiaan dalam karya-karyanya. Saya menemukan ada ratusan karya tulis Steinbeck di list Goodreads. Wow, penulis yang produktif.
Dia sudah pernah dapat Penghargaan Nobel Sastra 1962, enam tahun sebelum dia meninggal dunia. Jadi kapasitasnya gak perlu diragukan. Andaikan kita menemukan tulisannya dalam terjemahan bahasa Indonesia kok gak bagus, kayaknya bukan salah dia. Tapi penerjemahnya yang kurang berkompeten.
Saya pernah trauma baca novel terjemahan. Sampai suudhon sama Ernest Hemingway. "Sebenarnya Hemingway ini bisa nulis gak sih?" Ternyata bukan Hemingway yang gak bisa nulis. Tapi penerjemahnya yang gak beres.
Bukan masalah apa, tapi saya benar-benar merasa kagum saat tahu bahwa penerjemah novel-novel Steinbeck dalam edisi bahasa Indonesia banyak merupakan sastrawan besar. Bukan penerjemah bayaran penerbit biasa yang digaji per halaman.
Bukunya Cannery Row diterjemahkan oleh Eka Kurniawan. Masih banyak, Of Mice and Men pernah diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer. Dan Amarah oleh Sapardi Djoko Damono. Mungkin masih banyak lagi. Saya kurang tahu. Wow, seperti membaca karya dua sastrawan besar sekaligus dalam satu buku. John Steinbeck dan Pramoedya Ananta Toer.
Saya cari-cari edisi Of Mice and Men yang terjemahan Pram kok gak nemu-nemu. Yah, akhirnya terpaksa edisi seadanya saja. Daripada gak ada.
Padahal saya pernah baca katanya Pramoedya sendiri mengakui kalau dia belajar teknik melukis narasi secara detail ya berkat karya Steinbeck.
Sayangnya saya bukan orang yang mengikuti buku-buku karya Pram. Jadi saya gak tahu betul bagaimana cara Pram menarasikan ide. Dimana letak perbedaan tulisan Pram dengan gaya tulisan Steinbeck.
Tulisan John Steinbeck sendiri katanya memiliki ciri khas menyihir pembaca dengan gaya deskripsi, serta narasi yang detail dan menarik. Lanskap situasi digambarkan dengan detail, serta memasukkan unsur-unsur "emosi" yang membedakan gayanya dengan Ernest Hemingway.
Bedanya, bila Hemingway kerap kali memasukkan gerak dan perilaku manusia sebagai cara menunjukkan kekuatan tokoh, Steinbeck adalah penulis dengan gaya sebaliknya. Ia memasukkan emosi manusia, bagaimana manusia menangis, sedih, tertawa dan mengungkapkan pikiran. Gaya seperti inilah yang konon diikuti oleh Pramoedya.