Lihat ke Halaman Asli

Alaynya Diriku

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

August 02nd 2013

cintaku bagai sebuah fungsi yang berlaju tak terbendung secara eksponensial ingin kukuadratkan secara sempurna menjadi sebuah grafik fungsi cinta abadi

cintaku tak terdifferensialkan melalui parsial apalagi melalui implisit tetapi terintegralkan secara rasional aku tak ingin bejalan seperti aritmatik tetapi ku ingin berlari dengan geometrik

hatiku terasa bergejolak,terasa ganjil dan sulit kuregresikan analisis secara real pun tak banyak membantu alangkah kompleksnya mencari titik keseimbangan dari sistem cinta ini oh, ini menjadi tidak terdefinisi

laju perubahan cintaku terhadap waktu sungguh cepat tetapi tak beraturan seperti kurva sinus yang bergejolak kalkulus pun menangis,hatinya menjerit menatapku karena merasa sosoknya merasa tak berguna lagi di himpunan ini

ingin rasanya ku transformasikan dan mengkonversikannya menjadi bilangan cinta sehingga kuperoleh titik singgung antara hatiku dan hatinya dan menggapai kehidupan yang terdefinisi

limit perbedaan antara kita, tak menjadi kendala bagiku keyakinanku sudah mencapai titik maksimum mari kita subtitusikan kedua fungsi cinta ini menjadi satu persamaan cinta abadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline