(Foto: jadwal tahlil RW II, kel. Purwosari, kec. Mijen, kota Semarang. Sumber: Rifki Zaidan Ramli)
Mahasiswa KKN MIT DR-14 kelompok 18 diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan tahlil bersama warga setempat. Menurut Dr. Zainuddin. Tahlil artinya mengumandangkan kalimat La ilaha illa Allah. Tahlil adalah tradisi yang mengakar di kalangan masyarakat muslim Indonesia, khususnya bagi masyarakat Nahdhiyyin, NU. Desa sodong yang bertempatan di kelurahan Purwosari, kecamatan Mijen RW II di setiap malam sehabis ba'da magrib ataupun isya biasanya dilakukan kegiatan tahlil per tiap RT secara terjadwal. Penjadwalan tersebut merupakan hasil dari koordinasi setiap RT ke RW untuk membuat jadwal tahlil tersebut tidak betrok satu sama lain.
"tahlil itu membuat hati tenang, mencari ridho Allah, dan mengirimkan do'a untuk keluarga yang sudah wafat yang dikemas secara berjama'ah dalam suatu majelis. Lalu itu jadi salah satu bentuk saya mendekatkan diri kepada Allah, kemudian kita juga bertemu saling silahturahim bersama warga."ujar warga setempat.
Secara antropologis, sebetulnya manusia memiliki kecenderungan spiritual dan ritual, maka apa pun agama atau kepercayaan yang mereka anut, pasti memiliki keterikatan dengan sesuatu yang dianggap berkuasa di jagat raya ini. August Comte dengan teori positivisme-nya mengatakan, bahwa manusia memiliki tahap berpikir, yaitu: teologis, mitis, dan positif. Pada tahap teologis, manusia mempercayai adanya Tuhan penguasa jagat raya ini, Dialah yang mendatangkan malapetaka dan rizki, Dia bisa marah dan menyayangi hamba-Nya, dst. Supaya Tuhan tidak marah dan mendatangkan malapetaka, maka Tuhan perlu diberi sesaji. Dalam kepercayaan agama ardhi (non wahyu) biasanya mereka menyajikan kepala kerbau atau nasi kuning yang menurut mereka dapat menolak malapetaka. Sesuai dengan perkembangan berpikir manusia, maka orang modern semakin realistik dan positivistik sehingga ritual, mitis dan teologis ini semakin ditinggalkan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskan spiritual adalah istilah yang menggambarkan hubungan dekat dengan atau bersifat Kejiwaan (rohani, batin). Dengan hal itu masyarakat sodong memiliki keunikan tersendiri, biasanya tahlil dilakukan setiap malam jum'at tetapi disana dilakukan secara rutin sehingga saya memandang sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan spiritual bagi masyarakat disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H